Breaking News:

5 Cara Mencegah Demensia, Latih Otak dan Tidur yang Cukup agar Terhindar dari Pikun di Usia Senja

Aktivitas yang merangsang mental dan melatih otak dapat mencegah demensia di kemudian hari

Penulis: Ahmad Nur Rosikin | Editor: Ahmad Nur Rosikin
kompas.com
ilustrasi demensia 

TRIBUNHEALTH.COM - Demensia merupakan kondisi penurunan fungsi kognitif seiring bertambahnya usia.

Demensia dapat mengganggu kemampuan berpikir, mengingat, serta bernalar pada lansia.

Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia yang secara khusus memengaruhi bagian otak yang mengendalikan pikiran, ingatan, dan bahasa.

Penyakit lain seperti Penyakit Huntington, Penyakit Parkinson, dan penyakit Creutzfeldt-Jakob dapat berkembang menjadi demensia, seperti dilansir kanal kesehatan Times of India.

Hal ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari karena menjadi pelupa, bahkan pada area terkecil dalam rumah sekalipun.

Dalam bahasa awam, demensia bisa disamakan dengan pikun.

Untungnya, demensia bisa dicegah sejak usia muda.

Olahraga teratur

Olahraga lompat tali
Olahraga lompat tali (Pexels)

Lakukan aktivitas fisik.

Ini harus mencakup aktivitas aerobik dan ketahanan selama sekitar 150 menit seminggu dengan intensitas sedang.

2 dari 4 halaman

Olahraga fisik teratur dapat mengurangi risiko terkena demensia hingga 50 persen.

Olahraga juga dapat memperlambat penurunan lebih lanjut pada mereka yang sudah mulai mengalami masalah kognitif.

Berolahragalah setidaknya selama 30 menit, 5 kali seminggu.

Baca juga: 5 Tanda Kekurangan Nutrisi Serta Makanan yang Bisa Mengatasi, Magnesium Bisa Didapat dari Alpukat

Tetap aktif secara mental

Latihlah pikiran Anda dengan melakukan aktivitas yang menantang diri Anda secara mental, seperti belajar, mempelajari bahasa baru, mengerjakan teka-teki silang, bermain permainan papan, membaca buku atau menulis, dan bersosialisasi.

Tantangan mental membantu membangun otak, sehingga tidak mudah terserang lesi yang dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.

Stimulasi mental juga dapat membantu memperlambat kerusakan otak pada orang yang sudah mengidap penyakit tersebut.

Berlatihlah memainkan alat musik, pelajari bahasa asing, bacalah buku yang bagus, dan tekuni hobi baru.

Semakin besar hal baru dan tantangan yang Anda hadapi, semakin besar pula manfaatnya.

Bermain teka-teki silang bisa bermanfaat untuk kesehatan otak
Bermain teka-teki silang bisa bermanfaat untuk kesehatan otak (Pexels)

Makan makanan sehat

3 dari 4 halaman

Makan makanan sehat dengan mengonsumsi setidaknya 5 porsi buah dan sayuran sehari dan protein setidaknya dua kali seminggu.

Batasi asupan gula, garam, dan lemak jenuh.

Makan makanan bertepung secukupnya dan minum 6 – 8 gelas air sehari.

Penelitian menunjukkan bahwa membuat pilihan makanan yang tepat dapat melindungi fungsi otak Anda dan menurunkan kemungkinan terkena demensia.

Selain itu, bagi penderita demensia, nutrisi yang tepat dapat menjaga tubuh tetap kuat dan meredakan gejala perilaku.

Makanan manis, karbohidrat olahan, dan makanan berlemak dapat menyebabkan penambahan berat badan, sehingga Anda berisiko mengalami masalah kesehatan lebih lanjut seperti diabetes.

Diabetes sangat erat kaitannya dengan Alzheimer. 

Baca juga: 10 Manfaat Minyak Bawang Putih, Ramah untuk Penderita Diabetes dan Kolesterol Tinggi

Kelola stres

Stres yang terus-menerus dapat memengaruhi otak, sehingga meningkatkan risiko demensia.

Banyak penelitian yang mengaitkan kecemasan dengan perkembangan Alzheimer, terutama pada orang yang sudah berisiko terkena penyakit tersebut.

4 dari 4 halaman

Untuk mengelola stres, rileks dan bersenang-senanglah setiap hari.

Pastikan untuk mengendalikan stres dengan sengaja meluangkan waktu untuk bersantai.

Temukan aktivitas santai yang akan membuat Anda rileks dan lakukan aktivitas tersebut – entah itu merajut, berjalan-jalan di taman, yoga, atau bermain dengan anjing Anda.

ilustrasi stres pada remaja
ilustrasi stres pada remaja (kompas.com)

Tidur yang cukup

Penderita Alzheimer umumnya menderita insomnia dan masalah tidur lainnya.

Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur bukan hanya gejala Alzheimer, tetapi juga kemungkinan faktor risiko.

Peneliti menemukan bahwa tidur yang buruk dan terganggu memicu penumpukan protein tertentu di otak yang dapat menyebabkan gangguan memori dan Alzheimer.

Dengan demikian, tidur lebih nyenyak dapat membersihkan beban protein di otak.

Jadikan tidur sebagai prioritas dengan menetapkan jadwal tidur yang teratur.

Jika insomnia menjadi masalah, cobalah berolahraga, membuat ritual tidur yang menenangkan, atau berkonsultasi dengan dokter.

Selanjutnya
Tags:
DemensiaAlzheimerPikunLansia
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved