TRIBUNHEALTH.COM - Sekarang ini banyak kita jumpai seseorang yang mengalami depresi.
Depresi ini merupakan gangguan kesehatan mental yang bisa dialami siapa saja.
Seringkali depresi terlambat disadari oleh penderitanya.
Bahkan, tak jarang seseorang yang mengalami depresi juga tidak bisa mengakui jika ia depresi.
Biasanya depresi bisa terjadi akibat tingginya tekanan pekerjaan, lingkungan hingga rasa sedih yang terlalu dalam.
Jika seseorang mengalami masalah saraf, apakah juga bisa menyebabkan terjadinya depresi?
Dokter spesialis kedokteran jiwa, Mayor Kes dr. Hary Purwono menyampaikan tanggapannya di YouTube TribunHealth.com mengenai depresi.
Beberapa masyarakat pun juga menanyakan apakah masalah saraf bisa menyebabkan depresi.

Baca juga: 5 Manfaat Minum Rebusan Daun Kelor, Masalah Kesehatan Teratasi
Mayor Kes dr. Hary menjelaskan bahwa berbicara mengenai saraf maka berbicar mengenai masalah organik atau struktur saraf pusat.
Ia menambahkan, berbicara mengenai trauma pada sistem saraf pusat atau gangguan penyakit, contohnya cedera otak dan juga stroke perdarahan, gangguan itu bisa disebut dengan gangguan depresi organik.
"Jadi kalau kita bicara masalah saraf, kita bicara masalah organik ataupun struktur sistem saraf pusat dari seseorang," ujar Mayor Kes dr. Hary.
"Kalau kita bicara tentang trauma pada sistem saraf pusat ataupun gangguan penyakit yang terjadi pada seseorang. Contoh, yang menyerang sistem saraf pusat adalah trauma, cedera otak ataupun stroke perdarahan seperti itu, itu bisa kita sebut dengan gangguan depresi organik,"
Lanjut, Mayor Kes dr. Hary menuturkan jika gangguan depresi organik merupakan gejala-gejala depresi yang dimunculkan bukan semata-mata akibat adanya stresor.
Kondisi tersebut bisa karena adanya stresor, namun cenderung berjalan karena adanya gangguan struktur ekosistem saraf pusat, yakni otak.
Baca juga: 5 Manfaat Air Kunyit untuk Diabetes, Dapat Menurunkan Kadar Gula Darah Secara Alami
"Jadi, gangguan depresi organik ini adalah sebuah gangguan atau gejala-gejala depresi yang dimunculkan bukan karena semata-mata adanya stresor. Bisa karena adanya stresor, tapi dia cenderung berjalan karena adanya gangguan pada struktur ekosistem saraf pusatnya, yaitu sistem saraf pusat kita adalah otak," jelasnya.
"Pada kondisi-kondisi dengan cedera otak ataupun serangan stroke. Kalau kita bicara tentang sistem saraf pusat adalah otak besar di sistem saraf pusat kita. Itu bisa memunculkan sebuah gangguan depresi yang tanpa disebabkan oleh stresor secara psikososialnya, secara lingkungannya,"
Dokter spesialis kedokteran jiwa, Mayor Kes dr. Hary menegaskan jika orang dengan kondisi tersebut bisa mengalami gejala depresi tanpa mengalami masalah.
Pada intinya, hal tersebut terjadi jika ada gangguan pada sistem saraf pusat.
"Jadi orang tersebut bisa muncul gejala-gejala depresi tanpa orang tersebut mengalami masalah. Intinya seperti itu kalau pada gangguan sistem saraf." pungkas Mayor Kes dr. Hary.
Ini disampaikan pada channel YouTube TribunHealth.com bersama dengan Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ. Seorang dokter spesialis kedokteran jiwa dari RSAU dr. Siswanto Lanud Adi Soemarmo.
(TribunHealth.com/PP)