TRIBUNHEALTH.COM - Kita mungkin sudah sering mendengar istilah rahim turun atau turun peranakan.
Sebenarnya, kondisi ini cukup umum terjadi di sekitar kita.
Dalam dunia medis, turunnya peranakan disebut prolaps uteri, meskipun banyak orang lebih mengenalnya sebagai "turun berok."
Kondisi ini biasanya lebih sering dialami oleh wanita yang sudah lanjut usia, setelah melahirkan, atau setelah menopause.
Meskipun risikonya cukup tinggi, turunnya peranakan sebenarnya bisa dicegah.
Jika turunnya peranakan masih pada tahap awal (grade 1 dan 2), kondisi ini bisa diatasi dengan senam kegel.
Senam kegel apa bisa dilakukan pada orang yang tidak mengalami turun peranakan untuk mencegah?
Baca juga: 7 Manfaat Kesehatan Kacang Polong, Bantu Kontrol Gula Darah
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan (konsultan uroginekologi dan rekonstruksi), dr. Asih Anggraeni menyampaikan tanggapannya pada tayangan YouTube TribunHealth mengenai senam kegel.
Beberapa wanita juga menanyakan apakah senam kegel bisa dilakukan meski tidak mengalami turun peranakan.
dr. Asih menyatakan bahwa senam kegel bisa dilakukan oleh wanita yang tidak mengalami turun peranakan.
Ia menambahkan, wanita yang mengalami gangguan kencing juga bisa melakukan senam kegel.
"Bisa. Misalnya dia gangguan kencing saja, bisa," kata dr. Asih Anggraeni Sp.OG.
"Jadi gak bisa menahan kencing, dengan senam kegel,"
Kata dr. Asih, senam kegel baru bisa di deteksi kira-kira 6 bulan.
Baca juga: 6 Manfaat Quinoa Bagi Penderita Diabetes, Bantu Kelola Gula Darah
Hasil yang didapat dari senam kegel ini tidak bisa dirasakan.
Ditegaskan oleh dr. Asih jika proses dari senam kegel ini tegolong lama.
"Kegel itu baru bisa terdeteksi kira-kira lama, 6 bulan. Gak bisa cepat satu hari kamu kegel bisa langsung sembuh. Gak bisa, dia prosesnya lama," lanjutnya.
Senam Kegel Bantu Atasi Turun Peranakan
Banyak masyarakat awam yang belum memahami tentang senam kegel.
Ternyata, kondisi turun peranakan grade 1 dan 2 masih bisa diatasi dengan senam kegel.
dr. Asih menuturkan, saat dilakukan pemeriksaan dan ditemukan kondisi masih grade 1 dan 2, maka pasien akan diajarkan cara menjepit otot yang benar.
Baca juga: Dok, Kapan Wanita Perlu ke Dokter dan Seperti Apa Keputihan yang Perlu Diperiksakan?
Dokter mengajarkan cara menjepit dengan benar, karen pasien akan disarankan melatih sendiri di rumah.
Sehingga, pasien harus dipastikan sudah tau gerakan otot mana yang akan dijepit.
"Waktu pemeriksaan, masih grade 1 2 masih bisa memasukkan 2 jari kita itu ke liang vagina diajarkan cara menjepitnya," ujar dr. Asih Anggraeni.
"Cara menjepit otot yang benar itu seperti apa. Karena pasien akan disuruh melatih sendiri di rumah,"
"Jadi, pastikan pasien sudah tau gerakan otot mana yang dijepit," lanjutnya.
Kata dr. Asih, seperti orang yang memotong BAB atau menahan kentut, otot di daerah vagina itulah yang digerakkan.
Baca juga: Pak, Bagaimana Cara Mengedukasi Anak yang Lebih Memilih Game Penuh Kekerasan daripada Edukatifnya?
Gerakannya pun ada yang cepat dan ada pula yang lambat.
Misalnya pada gerakan lambat, pasien kontraksi 5 detik, kemudian di lepas. Sehari bisa melakukan 1 seri sebanyak 5 kali.
"Seperti orang mau motong BAB atau menahan kentut seperti itu, nah otot itu yang digerakkan, otot yang di daerah vaginanya itu,"
"Ada gerakan cepat dan ada gerakan lambat," sambungnya.
"Misalnya lambatnya dulu, dia kontraksi 5 detik lepas. Sehari dilakukan 1 seri itu 5 kali, 1 hari misalnya dilakukan 3 kali dulu. Nanti ditambah dengan gerakan cepat 2 kontraksi 2 relaks seperti itu." pungkas dr. Asih
Ini disampaikan oleh dr. Asih Anggraeni Sp.OG(K). Seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan (konsultan uroginekologi dan rekonstruksi) dari RS Nirmala Suri
Sukoharjo.
(TribunHealth.com/PP)