TRIBUNHEALTH.COM - Program bayi tabung atau yang sering disebut IVF (In Vitro Fertilization) adalah suatu usaha yang dapat dilakukan suatu pasangan suami istri yang tak kunjung memiliki keturunan setelah bertahun-tahun menikah.
Jika pasangan suami istri telah mengambil keputusan bayi tabung tersebut, percayalah hal itu merupakan suatu langkah besar dan keputusan yang tidak mudah bagi keduanya.
Namun, meskipun perkembangan teknologi terkait solusi permasalahan reproduksi sudah semakin pesat, banyak pasangan suami istri yang masih belum paham dan tahu kapan waktu yang tepat untuk melakukan program bayi tabung tersebut.
Simak informasi lengkap yang dituturkan oleh Prof. dr. Noor Pramono, M. Med.Sc.,Sp.O.G, Subsp.F.E.R yaitu dokter spesialis obstetri ginekologi dan konsultan fertilitas endokronologi Rumah Sakit Telogorejo Semarang dalam perbincangannya di Healthy Talk bersama Tribunhealth (8/8).
Baca juga: 7 Makanan Super yang Bagus untuk Tingkatkan Fungsi Tiroid, Bikin Laju Metabolisme Semakin Membaik

Pasangan suami istri yang biasanya mendatangi dokter spesialis kandungan terutama spesialis obstetri ginekologi adalah pasangan suami istri yang ingin berkonsultasi terkait program bayi tabung.
Namun menurut Prof. dr. Noor Pramono ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum pasangan suami istri tersebut melakukan program bayi tabung antara lain.
1. Usia pasangan suami istri
Usia merupakan salah satu faktor terpenting yang memengaruhi berhasil atau tidaknya program bayi tabung.
Dikarenakan secara biologis, seorang wanita memiliki batas usia untuk memproduksi sel telur dalam rahimnya sebelum melewati masa menopause.
Biasanya di usia 35 tahun ke atas, wanita sudah mulai mengalami penurunan kesuburan dan saat umur-umur itulah wanita mungkin akan sulit hamil karena sudah tidak dalam usia produktif lagi.
Namun untuk pria, biasanya masa suburnya untuk menghasilkan sperma lebih lama.
Dari segi usia, jika seorang wanita mulai memasuki masa yang tidak subur lagi mungkin dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter untuk mempertimbangkan program bayi tabung tersebut.

2. Riwayat kondisi medis yang mendasari
Ada beberapa faktor yang memengaruhi berhasil atau tidaknya proses bayi tabung pada pasangan suami istri, salah satunya riwayat kondisi medis pada pasangan tersebut.
Kondisi medis yang dimaksudkan adalah adanya suatu gangguan atau penyakit yang dimiliki salah satu atau kedua pasangan suami istri yang akan melakukan program bayi tabung contohnya masalah ovulasi dan masalah di saluran tuba pada wanita dan gangguan pada sperma pria.
Jika pasangan suami tersebut terindikasi memiliki gangguan medis seperti hal tersebut biasanya dokter akan merekomendasikan program bayi tabung lebih awal dengan tahapan yang lebih rumit.
3. Riwayat keguguran pada wanita
Jika seorang wanita yang pernah mengalami keguguran berulang hingga belum mendapatkan momongan dalam jangka waktu lama dan memutuskan untuk melakukan bayi tabung, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis agar mendapatkan pemeriksaan menyeluruh terlebih dahulu terkait dengan adanya riwayat keguguran berulang tersebut.
Karena bisa jadi ada suatu masalah atau gangguan serius yang terjadi pada wanita tersebut, sehingga sebelum melakukan program bayi tabung dapat dilakukan tindakan terlebih dulu untuk meminimalisir terjadinya keguguran kembali.
4. Kondisi finansial yang memadai
Pasangan suami istri yang memutuskan untuk melakukan program bayi tabung sebaiknya juga memperhatikan kondisi finansialnya terlebih dulu karena program ini memerlukan biaya yang tidak sedikit dan tergolong sangat mahal.
Ditambah lagi, pasangan juga harus siap merencanakan keuangan jangka panjang untuk menghadapi kemungkinan adanya kegagalan program bayi tabung dan perlu menjalani lebih dari satu siklus program. (Tribunhealth.com/hasna)
Baca juga: Benarkah Ibu Hamil yang Lakukan Pekerjaan Berat Berisiko Alami Keguguran? Begini Jawaban dr. Hafi