TRIBUNHEALTH.COM - Epilepsi merupakan kondisi yang ditandai dengan mudahnya seseorang mengalami kejang.
Kondisi ini disebabkan oleh adanya kelainan pada otak.
Sebagian besar kejang epilepsi bisa dicegah dengan pengobatan yang tepat.
Dengan demikian, penyakit ini bisa terkontrol dan tidak kejang tiba-tiba.
Namun ada penderita epilepsi yang kejangnya tidak bisa ditangani dengan obat.
Kondisi inilah yang dikenal dengan epilepsi kebal obat.
Terkait hal ini, Dokter Spesialis Bedah Saraf RS Telogorejo Semarang, Prof. DR. dr. Zainal Muttaqin, Sp.BS., Ph.D memberikan penjelasan lebih lanjut.
Kepada TribunHealth.com, dr. Zainal Muttaqin memaparkan bahwa sebagian besar kasus epilepsi bisa dikontrol dengan obat.
“Dari data yang ada di dunia kedokteran, jika ada 100 anak yang dinyatakan menderita atau menyandang epilepsi, maka dengan obat yang tepat, satu macam atau lebih dari itu, yaitu dua macam, 70 persen anak tadi, 70 dari 100 anak tadi, serangannya bisa dicegah,” katanya.
Sementara 30 persen sisanya dikenal sebagai epilepsi kebal obat.
Kapan epilepsi dikatakan kebal obat?

dr. Zainal Muttaqin menjelaskan epilepsi kebal otak tidak bisa diketahui begitu saja sebelum dilakukan pengobatan.
“Kita enggak tahu, enggak bisa menebak seseorang itu dia termasuk yang kebal obat atau bukan sebelum kita melakukan upaya pengobatan. Jadi langkah awalnya adalah dengan memberikan obat,” katanya ketika menjadi narasumber program Healthy Talk TribunHealth.com.
Dokter lebih dulu akan mengevaluasi apakah pasien sudah minum obat secara tepat, termasuk dosis dan kombinasinya.
Pasalnya bentuk serangan epilepsi yang berbeda, bisa memerlukan pengobatan yang berbeda pula.
“Kalau ada misalkan pasien datang dengan keluhan dia sudah minum obat tapi masih serangan terus, kita enggak bisa langsung menganggap itu sebagai kebal obat. Nanti dulu.”
“Kita mesti lihat dulu obatnya sudah tepat belum, karena untuk epilepsi itu ada beberapa bentuk serangan epilepsi yang obatnya berbeda.”
Baca juga: 7 Makanan Ampuh untuk Turunkan Kadar Asam Urat, Penting agar Tak Menjadi Batu Ginjal
“Jadi, obatnya sudah tepat sesuai dengan jenis epilepsinya belum? Kalau sudah tepat, dosisnya sudah pas belum? Sesuai dengan berat badan dan berbagai pertimbangan lain. Setelah obatnya tepat dan dosisnya pas, kalau itu lebih dari satu obat, misalnya dua atau tiga, kombinasinya sudah pas belum?,” kata dr. Zainal.
Pasalnya ada obat yang justru saling mengurangi khasiat masing-masing.
Dengan demikian kombinasi obat-obatan yang tidak tepat justru akan melemahkan pengobatan itu sendiri.
“Pilihan obatnya harus pas, kombinasinya pas, dosisnya pas,” tandasnya.
Faktor berikutnya yang berpengaruh adalah dari sisi pasien.
“Kalau semua sudah pas, diminum benar gak? Jangan-jangan minumnya belum benar.”

Kemudian, penderita epilepsi juga tidak diperbolehkan sampai lelah berlebihan.
“Kita juga perlu melihat kebiasaan-kebiasaan atau aktivitas sehari-hari yang kalau kita paksakan bisa memudahkan terjadinya serangan. Misalkan kelelahan.”
“Seorang penyandang epilepsi boleh beraktivitas apapun, olahraga apapun, tapi saat merasa lelah, dia harus berhenti dulu, beristirahat, dan nanti kalau sudah tidak lelah boleh melanjutkan lagi,” paparnya.
Jika semua hal itu sudah terpenuhi namun masih terjadi kejang epilepsi, satu faktor berikutnya yang perlu dipertimbangkan adalah kebiasaan tidur.
dr. Zainal menjelaskan, penderita epilepsi perlu tidur yang teratur.
Artinya lebih disarankan tidur dan bangun pada jam yang relatif sama setiap harinya.
“Seorang penyandang epilepsi dianjurkan punya jadwal tidur yang teratur setiap harinya, bukan soal lamanya, tapi soal keteraturannya. Jadi, kalau seseorang tidur tiap hari 8 jam, tapi malam ini tidur jam 8, besok jam 12 malam, dan besoknya lagi jam 10, itu enggak ada gunanya karena tidak teratur.”
“Tapi kalau seseorang tidur hanya 6 jam setiap hari, tapi tiap hari tidur jam 11 malam sampai jam 5 pagi, dan itu sama setiap hari, itu namanya teratur,” jelasnya.
Baca juga: Apakah Anak Pasti Terhindar dari Penyakit jika Sudah Pernah Vaksin?
Apabila semua kriteria tersebut sudah terpenuhi namun kejang epilepsi masih terjadi, itulah yang disebut dengan epilepsi kebal obat.
Artinya kejang pada pasien tidak bisa dikontrol denganpengobatan.
“Kalau semua sudah dilakukan, obatnya sudah benar, dosisnya benar, kebiasaan yang memudahkan serangan sudah dihindari, tetapi masih tetap terjadi serangan, maka kita baru bisa menyebut dia itu kelompok yang kebal obat tadi,” pungkasnya.
(TribunHealth.com)