TRIBUNHEALTH.COM - Pernahkah Anda mendengar kasus tekanan darah tinggi pada ibu hamil?
Ya, beberapa wanita ada yang mengalami tekanan darah tinggi saat mengandung.
Tentunya, tekanan darah tinggi saat hamil tidak bisa dianggap sepele.
Namun, banyak yang belum tahu penyebab dari tekanan darah tinggi saat hamil.
Jenis-jenis tekanan darah tinggi pada ibu hamil ternyata berbeda-beda.
Ibu hamil harus memperhatikan tekanan darah agar tidak terjadi kenaikan.
Terjadinya kenaikan tekanan darah pada ibu hamil bukanlah hal yang bisa disepelekan.

Baca juga: Peran Lingkungan Terdekat dalam Mengatasi Stres pada Remaja
Dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dr. Bambang Ekowiyono menyampaikan tanggapannya pada tayangan YouTube TribunHealth.com mengenai tekanan darah tinggi pada ibu hamil.
Bagi ibu hamil, memang disarankan untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.
dr. Bambang Ekowiyono menjelaskan, ibu hamil bisa mengalami pre-eklamsia yang terjadi pada early onset.
Ia mengatakan, early onset yakni terjadi pada usia kehamilan yang kurang dari 34 minggu dan late onsate yakni di usia kehamilan lebih dari 34 minggu.
"Jadi pada seorang ibu hamil bisa terjadi namanya pre-eklamsia yang terjadinya pada early onset. Early onset itu terjadi pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu. Sama yang late onset lebih dari 34 minggu," kata dr. Bambang Ekowiyono.
Baca juga: 7 Ciri-ciri atau Gejala Kolesterol Tinggi yang Perlu Diwaspadai
Lanjut, pada kasus-kasus ibu hamil dengan tensi tinggi kata dr. Bambang cenderung terjadi pre-eklamsia. Biasanya gangguan ini pada proses pembentukan plasenta.
Dokter spesialis kandungan dan kebidanan dr. Bambang Ekowiyono menuturkan, jika sejak awal plasenta tidak bagus akan mempengaruhi pertumbuhan pembuluh darah pada spiralis.
"Pada kasus-kasus seorang ibu dengan tensi tinggi yang cenderung suatu pre-eklamsia, itu biasanya gangguannya pada proses pembentukan plasenta," imbuhnya.
"Jadi, kalau sejak awal memang plasentanya kurang bagus. Kondisi plasenta yang tidak bagus ini akan mempengaruhi pertumbuhan pembuluh darah pada spiralisnya," sambungnya.
Lebih lanjut, ditegaskan oleh dr. Bambang bahwa arteri spiralis pada plasenta berukuran kecil-kecil, sehingga manifestasinya lebih berat jika dibandungkan dengan pre-eklamsia ataupun tensi tinggi yang muncul setelah kehamilan berusia 34 minggu.
Baca juga: Ragam Khasiat Air Rebusan Daun Sirih untuk Obat Tradisional
"Arteri spiralis pada plasenta ini kecil-kecil, sehingga manifestasinya lebih berat dibandingkan pada suatu pre-eklamsia yang memang kejadiannya setelah 34 minggu," tutur dr. Bambang.
"Jadi memang prognosis pada tensi yang sejak awal itu muncul, itu lebih berat dibandingkan pada suatu pre-eklamsia ataupun tensi yang munculnya setelah 34 minggu," jelasnya.
Terjadinya kenaikan tekanan darah pada ibu hamil bukanlah hal yang bisa disepelekan.
dr. Bambang Ekowiyono mengatakan bahwa ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan tensi.
Ia menambahkan, selama kehamilan ini perlu pemantauan di trimester pertama, kedua dan juga trimester ketiga.
"Dalam hal ini seorang ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan tensi, sangat penting sekali," ujar dr. Bambang Ekowiyono.
"Karena selama kehamilan ini perlu pemantauan pada trimester pertama, trimester kedua dan trimester ketiga," lanjutnya.

Baca juga: 8 Manfaat Kubis yang Tinggi Antioksidan: Bantu Kontrol Gula Darah & Tekanan Darah
Dari patokan terjadi peningkatan tensi tersebut pada usia kehamilan 20 minggu dan apakah terjadi hipertensi gestasional maupun pre-eklamsia.
Dijelaskan oleh dr. Bambang bahwa pre-eklamsia dibagi menjadi pre-eklamsia ringan dan pre-eklamsia berat.
"Dari patokan terjadi peningkatan tensi itu pada usia kehamilan 20 minggu. Itu apakah suatu hipertensi gestasional ataupun suatu pre-eklamsia," sambungnya.
"Nah, pre-eklamsia itu sendiri akan dibagi menjadi pre-eklamsia yang ringan dan pre-eklamsia yang berat," jelas dr. Bambang.
Maka dari itu, ibu hamil wajib kontrol ke dokter.
Doktres spesialis kandungan dan kebidanan dr. Bambang Ekowiyono menegaskan, seorang ibu hamil yang tidak terpantau tensinya sangat berbahaya.
Apalagi jika ibu hamil tersebut cenderung ke arah pre-eklamsia.
Ia menegaskan, ibu hamil dengan pre-eklamsia akan bermanifestasi klinis ringan sampai berat.
Baca juga: Selain Kebiasaan Buruk, Varikokel Bisa Dipengaruhi Oleh Faktor Anatomis, Ini Penjelasan Dokter
Manifestasi ringan biasanya hanya peningkatan tensi. Namun, manifestasi berat akan biasanya disertai peningkatan tensi dan pada kondisi tertentu dapat mempengaruhi kondisi ibu dan bayi di dalam kandungan.
dr. Bambang mengatakan, kondisi ibu yang dimaksud misalnya terjadi bengkak, edema paru dan yang paling berat adalah terjadinya eklamsia atau kejang.
"Karena kalau seorang ibu hamil tidak terpantau tensinya, ini sangat berbahaya sekali. Apalagi kalau seorang ibu hamil ini cenderung ke arah suatu pre-eklamsia," tuturnya.
"Seorang ibu hamil dengan pre-eklamsia ini akan bermanifestasi klinis ringan sampai dengan berat," katanya.
"Ringan apa? Ringan karena biasanya hanya tensinya meningkat. Tapi kalau dengan manifestasi berat biasanya akan disertai dengan peningkatan tensi, kemudian pada kondisi tertentu bisa mempengaruhi kondisi ibu dan kondisi bayinya," ujar dr. Bambang.
Baca juga: 6 Makanan Ini Bisa Meningkatkan Asam Urat, Apa Saja?
"Kondisi ibu misalnya bisa terjadi suatu bengkak, edema paru, hal paling berat bisa terjadi suatu eklamsia atau kejang," imbuhnya.
Komplikasi pada janinnya apa?
"Komplikasi pada janin bisa terjadi pertumbuhan janin terhambat. Jadi kalau seorang ibu hamil tidak memeriksakan diri untuk mengontrol kehamilannya, ini sangat berisiko sekali pada seorang ibu hamil dengan tensi yang tinggi karena bisa bermanifestasi pada seorang ibu dan bakal calon janinnya." pungkas dr. Bammbang Ekowiyono
Ini disampaikan pada channel Youtube TribunHealth bersama dengan dr. Bambang Ekowiyono Sp.OG. Seorang dokter spesialis kandungan dan kebidanan dari Rumah Sakit Nirmala Suri Sukoharjo.
(TribunHealth.com/PP)