Breaking News:

Trend dan Viral

Puluhan Bayi Prematur di Gaza Tidur Berjejer Tanpa Inkubator, Oksigen Habis dan Listrik Menipis

Bayi-bayi prematur dibiarkan tidur berjejer tanpa inkubator, hanya palai alat medis seadanya

Penulis: Ahmad Nur Rosikin | Editor: Ahmad Nur Rosikin
Video Media Aljazeera
Bayi prematur di Gaza berjuang hidup tanpa inkubator 

TRIBUNHEALTH.COM - Puluhan bayi prematur di Gaza harus berjuang untuk hidup di luar inkubator.

Mereka kini hanya dibaringkan berjajar dengan alat medis seadanya.

Padahal seharusnya bayi prematur sangat membutuhkan inkubator.

Mereka adalah puluhan bayi yang berhasil diselamatkan dokter dari Rumah Sakit Al Shifa Gaza, 14 November 2023.

Sebagai informasi, RS Al Shifa adalah RS yang sudah kelimpungan karena serangan Israel.

Pada akhirnya mereka harus berhenti beroperasi lantaran kehabisan bahan bakar untuk generator serta obat-obatan.

RS Al Shifa sendiri kerap menjadi sasaran serangan Israel karena dianggap sebagai markas persembunyian Hamas.

Video detik-detik penyelamatan puluhan bayi prematur ini viral di media sosial, termasuk yang diunggah oleh media Aljazeera.

Baca juga: Pilu, Dokter di Gaza Pakai Gula dan Cuka untuk Bius Luka Pasien, Obat-obatan Habis

Mulai kehabisan stok oksigen

Ilustrasi - 39 bayi di RS Al-Shifa di Gaza tewas di dalam inkubator usai kekurangan oksigen
Ilustrasi - 39 bayi di RS Al-Shifa di Gaza tewas di dalam inkubator usai kekurangan oksigen (AP/Adel Hana)

"Puluhan bayi prematur di RS Al Shifa telah dipindahkan ke satu satunya area fasilitas yang masih memiliki akses listrik," tulis Aljazeera dalam video tersebut.

2 dari 4 halaman

Sayangnya, bayi-bayi itu sudah tak bisa diletakkan di inkubator karena keterbatasan suplai oksigen.

"Tapi para bayi tidak lagi di inkubator setelah kehabisan stok oksigen," tulisnya.

"Dokter mengatakan kondisi mereka kritis."

"Israel mengatakan mencoba mengevakuasi bayi itu, tapi (mengaku) dihalangi oleh Hamas yang disebut memiliki markas di bawah RS Al Shifa."

Karena tuduhan itulah RS Al Shifa kerap menjadi sasaran serangan Israel.

Padahal, pihak Hamas sebenarnya sudah membantah tuduhan itu.

Baca juga: Hujan Deras di Gaza Membuat Pengungsi Khawatir, Kasus Diare di Gaza Terus Meningkat

Bayi dan pasien gagal ginjal terancam dikubur massal

UNDP menyediakan puluhan bantuan bagi warga Palestina yang terlantar akibat pemboman Israel di Jalur Gaza, terlihat di Khan Younis pada Kamis, 19 Oktober 2023. Ratusan warga Palestina memadati kamp tenda kumuh di selatan Gaza, sebuah gambaran yang telah membawa dampak buruk bagi warga Palestina. kembali kenangan trauma terbesar mereka. Pembangunan kota tenda yang dilakukan secara dadakan di Khan Younis untuk melindungi sejumlah warga Palestina yang kehilangan atau meninggalkan rumah mereka selama beberapa hari terakhir akibat pemboman hebat Israel telah menimbulkan kemarahan, ketidakpercayaan dan kesedihan di seluruh dunia Arab. (AP Photo/Ashraf Amra, File)
UNDP menyediakan puluhan bantuan bagi warga Palestina yang terlantar akibat pemboman Israel di Jalur Gaza, terlihat di Khan Younis pada Kamis, 19 Oktober 2023. Ratusan warga Palestina memadati kamp tenda kumuh di selatan Gaza, sebuah gambaran yang telah membawa dampak buruk bagi warga Palestina. kembali kenangan trauma terbesar mereka. Pembangunan kota tenda yang dilakukan secara dadakan di Khan Younis untuk melindungi sejumlah warga Palestina yang kehilangan atau meninggalkan rumah mereka selama beberapa hari terakhir akibat pemboman hebat Israel telah menimbulkan kemarahan, ketidakpercayaan dan kesedihan di seluruh dunia Arab. (AP Photo/Ashraf Amra, File) (AP/Ashraf Amra)

Satu per satu rumah sakit di Gaza, Palestina mulai berhenti beroperasi karena kekurangan bahan bakar generator dan obat-obatan.

Sebelumnya, bayi serta pasien gagal ginjal terancam akan 'dipindahkan ke kuburan massal' jika Israel terus menyerang.

Istilah itu sebenarnya adalah kiasan yang digunakan oleh Juru Bicara RS Al Aqsa Gaza, Khalil al-Dakran, ketika memberikan keterangan kepada media Al Jazeera.

3 dari 4 halaman

Pasalnya, inkubator bayi serta mesin dialisis untuk cuci darah sangat bergantung pada aliran listrik.

Artinya, cepat atau lambat krisis bahan bakar akan merenggut nyawa para bayi yang mengandalkan inkubator untuk menunjang hidup.

Begitu pula para pejuang gagal ginjal yang mulai cemas mengenai jatah cuci darah mereka.

Terlebih lagi RS Al Aqsa adalah satu-satunya fasilitas untuk pasien ginjal di wilayah tengah Jalur Gaza.

“Jika listrik dan air padam dan bahan bakar habis, pasien akan dipindahkan ke kuburan massal jika agresi terus berlanjut,” al-Dakran memperingatkan.

“Dan dunia [hanya] menyaksikan,” lanjutnya dengan getir.

RS Batasi Durasi Cuci Darah

Ambulans yang membawa korban serangan Israel memadati pintu masuk bangsal darurat rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 15 Oktober 2023. Israel memulai kampanye udara melawan militan Hamas di Gaza setelah mereka melakukan serangan brutal terhadap Israel pada 7 Oktober yang menyebabkan lebih dari 1.400 orang terbunuh di Israel.
Ambulans yang membawa korban serangan Israel memadati pintu masuk bangsal darurat rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 15 Oktober 2023. Israel memulai kampanye udara melawan militan Hamas di Gaza setelah mereka melakukan serangan brutal terhadap Israel pada 7 Oktober yang menyebabkan lebih dari 1.400 orang terbunuh di Israel. (Dawood NEMER / AFP)

Rumah sakit tersebut mengalami lonjakan jumlah pasien sejak eskalasi baru-baru ini, dengan ribuan orang yang terluka berdatangan dan membebani kapasitas rumah sakit.

Selain itu, ketika ribuan pengungsi dari wilayah utara Gaza bermigrasi ke selatan, jumlah pasien meningkat, terutama mereka yang menderita penyakit kronis yang memerlukan pengobatan, seperti cuci darah untuk penyakit ginjal.

Rumah sakit harus membatasi waktu perawatan dialisis dari empat jam menjadi dua setengah jam, dan juga harus mengurangi frekuensi sesi dialisis pasien per minggu, kata al-Dakran.

4 dari 4 halaman

Para pasien ketakutan, tidak hanya karena bom yang turun, tapi juga apakah mereka akan menerima perawatan yang mereka perlukan.

Baca juga: Lirik dan Terjemahan Lagu Gaza Tonight We Will Not Go Down, Dukungan untuk Palestina

“Saya menjalani cuci darah tiga kali seminggu, menunggu berjam-jam di jalan yang padat, ketakutan,” kata Maryam al-Jayar, seorang pengungsi, kepada Sanad.

“Kami menunggu lama, dari pagi hingga malam, untuk cuci darah. Sementara pemboman terus berlanjut," kata Nesma Sharir, seorang pasien ginjal lainnya.

"Sekarang cuci darah saya menjadi lebih pendek dan lebih jarang, ditambah lagi dengan kekurangan air dan listrik, proses dialisis itu sendiri tidak berjalan dengan baik dan dapat menyebabkan pembekuan darah."

(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)

Selanjutnya
Tags:
prematurbayiGazaPalestinainkubatorOksigenlistrik Labneh Hashweh Mujaddara Makdous Maftoul
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved