Breaking News:

Trend dan Viral

Pilu, Dokter di Gaza Pakai Gula dan Cuka untuk Bius Luka Pasien, Obat-obatan Habis

Fasilitas medis di rumah sakit terbesar di Jalur Gaza tersebut saat itu sangat memprihatinkan, gula untuk obat bius

Penulis: Ahmad Nur Rosikin | Editor: Ahmad Nur Rosikin
Dawood NEMER / AFP
Ambulans yang membawa korban serangan Israel memadati pintu masuk bangsal darurat rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 15 Oktober 2023. Israel memulai kampanye udara melawan militan Hamas di Gaza setelah mereka melakukan serangan brutal terhadap Israel pada 7 Oktober yang menyebabkan lebih dari 1.400 orang terbunuh di Israel. 

TRIBUNHEALTH.COM - Peristiwa pilu terjadi di Gaza Palestina.

Karena obat-obatan sudah mulai menipis, dokter menggunakan gula dan cuka untuk membius luka pasien.

Insiden memilukan ini terjadi di RS Al Shifa, sebelum akhirnya berhenti beroperasi pada Sabtu (11/11/2023) waktu setempat.

RS Al Shifa sempat kekurangan bahan bakar generator dan pasokan medis.

Salah satu dokter di Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza Ahmed Mokhallalati mengatakan, fasilitas medis di rumah sakit terbesar di Jalur Gaza tersebut saat itu sangat memprihatinkan.

Akibat krisis pasokan obat bius, Ahmed bahkan harus merawat pasien tanpa obat bius, sebagai gantinya ia membalut luka dengan memanfaatkan gula dan cuka.

Baca juga: RS Palestina Berhenti Beroperasi, 39 Bayi Meninggal di Inkubator karena Kehabisan Oksigen

Situasi yang mendesak juga memaksa para staf untuk menggunakan jarum jahit untuk menjahit luka.

Ada pula staf yang membungkus luka bakar besar dengan pakaian alih-alih perban.

“Krisis obat bius di tengah membludakan pasien membuat kami harus mengganti balutan pada anak-anak tanpa diberi anestesi atau obat bius. Sekarang bagi kami, perban standar adalah menggunakan gula, begitu juga dengan cuka untuk para pasien," ujar Ahmed, dikutip dari laman kantor berita PBB, ReliefWeb.

Selain memblokade bantuan kemanusian, militer Israel juga turut menghentikan akses air dan aliran listrik yang masuk ke wilayah Gaza.

2 dari 3 halaman

Kondisi ini yang kemudian membuat sejumlah rumah sakit termasuk RS Al-Shifa tidak dapat beroperasi secara maksimal. Ini karena sejumlah alat kehilangan fungsi karena terputus dari jaringan listrik.

Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza mengalami krisis pasokan medis akibat aksi blokade bantuan kemanusiaan oleh militer Israel.
Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza mengalami krisis pasokan medis akibat aksi blokade bantuan kemanusiaan oleh militer Israel. (Mina News via Tribunnews)

Dengan stok dan bantuan yang terbatas, para dokter dan perawat rumah sakit di seluruh Gaza mulai putar otak memanfaatkan peralatan yang ada untuk menyelamatkan korban yang masih hidup.

Dokter-dokter di RS bahkan menggunakan senter di HP mereka untuk menambah cahaya saat menangani pasien.

"Mereka [pasukan Israel] membunuh orang secara langsung, tetapi sebagian lagi meninggal karena tak mendapat penanganan yang layak," ujar Ahmed.

Baca juga: Lirik dan Terjemahan Lagu Gaza Tonight We Will Not Go Down, Dukungan untuk Palestina

Berhenti beroperasi

Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza akhirnya berhenti beroperasi pada Sabtu (11/11/2023).

Hal ini terjadi setelah pasokan listrik terputus karena bahan bakar habis.

Menurut dokter, kondisi tersebut mengancam nyawa 39 bayi yang saat ini masih berada di inkubator.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, puluhan bayi tersebut bisa meninggal kapan saja karena kekurangan oksigen.

Ambulans yang membawa korban serangan Israel memadati pintu masuk bangsal darurat rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 15 Oktober 2023. Israel memulai kampanye udara melawan militan Hamas di Gaza setelah mereka melakukan serangan brutal terhadap Israel pada 7 Oktober yang menyebabkan lebih dari 1.400 orang terbunuh di Israel.
Ambulans yang membawa korban serangan Israel memadati pintu masuk bangsal darurat rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 15 Oktober 2023. Israel memulai kampanye udara melawan militan Hamas di Gaza setelah mereka melakukan serangan brutal terhadap Israel pada 7 Oktober yang menyebabkan lebih dari 1.400 orang terbunuh di Israel. (Dawood NEMER / AFP)

"Kami memiliki 39 bayi baru lahir di inkubator, bayi-bayi itu berjuang melawan kematian," kata Wakil Menteri Kesehatan Gaza Dr Youssef Abu al-Reesh, dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (11/11).

3 dari 3 halaman

Pihak rumah sakit terpaksa mematikan generator karena cadangan bahan bakar sudah habis.

Lebih parahnya lagi, kompleks Al-Shifa menjadi sasaran penembak jitu Israel.

Hal itu membuat orang-orang di dalam rumah sakit tidak bisa bergerak bebas.

Direktur Rumah Sakit Al-Shifa Muhammad Abu Salmiya mengatakan, salah satu staf medis bahkan terbunuh saat mengurus bayi dalam inkubator.

Ilustrasi - 39 bayi di RS Al-Shifa di Gaza tewas di dalam inkubator usai kekurangan oksigen
Ilustrasi - 39 bayi di RS Al-Shifa di Gaza tewas di dalam inkubator usai kekurangan oksigen (AP/Adel Hana)

Ia menggambarkan situasi saat ini merupakan detik-detik terakhir menuju kematian.

"Kita hanya beberapa menit lagi menuju kematian," kata Salmiya.

Sebagai informasi, Al Shifa merupakan rumah sakit terbesar di Jalur Gaza.

Selain merawat pasien, rumah sakit tersebut juga berfungsi sebagai tempat berlindung warga sipil.

Israel berusaha menyerang Al Shifa karena dicurigai terhubung dengan terowongan bawah tanah Hamas.

(TribunHealth.com, TribunTrends.com, TribunVideo.com)

Selanjutnya
Tags:
berita viralTribunhealth.comGazaPalestinagula Milk Bun Labneh Hashweh Mujaddara Makdous
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved