TRIBUNHEALTH.COM - Bahagia bercampur duka, itulah yang menggambarkan hari yang dijalani oleh gadis ini.
Haslina Kalang (23) mendapatkan kabar ayahnya meninggal hanya berselang 15 menit sebelum upacara wisudanya.
Meski mendapatkan kabar duka, dia tetap menyelesaikan prosesi wisuda dan menerima gulungan wisuda miliknya.
Kisah Haslina yang mendapatkan kabar duka di hari bahagia ini viral di media sosial.
Melansir World of Buzz, berikut ini fakta-faktanya.
Baca juga: Pilu, Mesir Ogah Terima Warga Gaza yang Diusir Israel, Perdana Menteri: Tak Mau Risiko

Ayah tak bisa hadir karena sakit
Ayah Haslina, Kalang Tona, sedang berjuang melawan sakit stroke.
Oleh karena itu dia tidak mungkin datang di upacara wisuda anaknya di Universiti Sultan Zainal Abidin, Kuala Terengganu, Malaysia.
Dia khawatir dengan ayahnya yang telah dia rawat sejak dia menyelesaikan studinya.
Namun, Kalang bersikeras agar Haslina tetap menghadiri hari besar itu.
Baca juga: BCA Buka Lowongan, Cocok untuk Fresh Graduate dan Sarjana, Ini Syaratnya

“Ayah saya menyuruh saya untuk menghadiri pertemuan tersebut dan mengambil gulungan gelar saya,” kata Haslina.
Dia memenuhi keinginan ayahnya dan menghadiri upacara wisuda.
15 menit sebelum gulungan wisuda berada di tangannya, Haslina menerima panggilan telepon yang menyedihkan dari kerabatnya di Sabah.
Dia mendapat kabar bahwa ayahnya baru saja meninggal di usia 56 tahun.
Kabar tersebut membuat hati Haslina patah, namun ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap tegar dan naik panggung untuk menerima ijazahnya.
Baca juga: MOMEN TERENYUH Suami Rayakan Wisuda di Makam Istri Tercinta, Berhasil Tepati Janji Lulus Kuliah

“Sungguh menyedihkan ayah saya pergi sebelum saya mendapatkan gulungan itu.”
Haslina belum mendapatkan pekerjaan setelah menyelesaikan studinya karena dia mendedikasikan sebagian besar waktunya untuk merawat ayahnya yang sakit.
Dia ditemani oleh kakak perempuan tertuanya selama pemanggilan.
Sementara itu, pihak manajemen universitas juga membantu Haslina secara finansial sebelum ia kembali ke Sabah.
“Kami telah memberinya RM2,500 agar dia dapat membeli tiket pulang ke Tawau, Sabah,” kata manajemen di postingan FB universitas tersebut.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)