TRIBUNHEALTH.COM - Kini kisah mengenai bocah SD yang dicolok tusuk pentol oleh kakak kelasnya sedang menjadi sorotan publik.
Sebuah rekaman CCTV mengenai peristiwa yang dialami bocah SD di Gresik buta diduga akibat dicolok tusuk pentol pada 7 Agustus 2023, sampai saat ini masih misterisu.
Melansir Surya.co.id, pihak SD 236 Menganti, Kabupaten Gresik tidak bisa meninjukkan rekaman CCTV tersebut kpada orangtua korban ataupun polisi.
Ternyata, pihak sekolah justru menyerahkan rekaman CCTV sebelum kejadian tersebut atau bulan Mei 2023 ke Polsek Menganti.
Terkait kasus ini, Satreskrim Polres Gresik pun sudah memeriksa kembali Kepala SDN 236 Mengantu Gresik, pada Rabu (20/9/2023).
Baca juga: Raffi Ahmad Beri Modal Usaha Eks Sopir Mama Amy, 30 Tahun Mengabdi Kini Menderita Sakit
"Langkah kami, melakukan pemeriksaan tambahan (kepala sekolah) terkait CCTV, kemarin sudah kami periksa terkait kejadian," kata Kasatreskrim Polres Gresik AKP Aldhino Prima Wirdhan, Rabu (20/9/2023).
Berdasarkan informasi yang didapat, saat kejadian di tanggal 7 Agustus lalu ayah korban, Samsul Arif (36) ingin melihat rekaman CCTV di sekolah.
Anaknya, SA (8) mengalami kebutaan di mata kanan setelah menolah dimintai uang oleh lalal le;as di lorong sekolah. Hal ini disampaikan setelah pulang sekolah.
Berdasarkan pengakuan dari SA, dia takut sambil menutup amtanya menggunakan tangan, kemudian ia dicolok tusuk pentol oleh kakak kelasnya.
Samsul pun datang ke sekolah untuk mengetahui siapa pelakunya. Putrinya tidak ingat. Permintaan tekait CCTV pun juga tak kunjung diberikan oleh Kepala Seklah SD 236 Menganti. Hingga akhirnya, memanggil Bhabinkamtibmas dan sempat ada mediasi di sekolah, namun rekaman CCTV yang muncul bulan Mei.
Tanggal 18 Agustus, teknisi CCTV-nya tidak ada. Ayah korban, Samsul Arif juga meminta pendampingan dari Polsek Menganti.
Baca juga: Pelajar SMK di Gunung Kidul Tak Malu jadi Pemulung: Tempuh 15 Km Sehari dapat Rp 15.000
Hal itu setelah dia mendapatkan kabar bahwa pihak sekolah menyerahkan rekaman CCTV tersebut kepada Polsek Menganti pada, Senin (21/8/2023).
Samsul Arif, ayah korban meminta agar melihat rekaman CCTV itu secara bersama-sama. Ternyata tidak menemukan kepastian rekaman detik-detik yang menyebabkan putrinya mengalami kebutaan di mata kanan, dia kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Polres Menganti pada (28/8/2023).
Samsul Arif melaporkan kejadian tersebut ke Polres Gresik, ia pun dimediasi oleh Kepala Desa di balai Desa Randupandangan pada Sabtu (2/9/2023).
Mediasi tersebut bertujuan untuk melihat rekaman CCTV yang diberikan pihak sekolah ke Polsek Menganti.
Namun rekaman CCTV tersebut merupakan rekaman pada bulan Mei 2023. Hal ini lah yang ingin diperjelas timsus Polres Gresik.
Saat itu yang ditampilkan rekaman CCTV waktu mediasi di Balai Desa tanggal (2/9) itu yang ditayangkan ini rekaman bulan Mei 2023. Padahal CCTV tersebut memiliki durasi waktu 12 hari. Video di tanggal-tanggal sebelumnya tertumpuk dan harus dibawa ke Labfor Polda Jatim.
Baca juga: Pria Wajib Tau Tips Memperlambat Penurunan Gairah Seksual dan Ereksi
"Jadi rekaman CCTV yang diserahkan sekolah ke Polsek Menganti itu bulan Mei. Lah itu yang akan kita periksa lagi kepala sekolahnya," lanjut Aldhino.
Pihaknya sudah melakukan pemeriksaan awal terhadap Kepala Sekolah. Hal itu hanya untuk melakukan klarifikasi peristiwa awal. Termasuk mendapat informasi dari orang tua, dari saksi-saksi lain, dilakukan pemeriksaan tambahan terkait CCTV.
Satreskrim Polres Gresik telah membawa Device Video Recorder (DVR) CCTV yang ada di sekolah ke laboratorium forensik (Labfor) Polda Jatim.
Sementara itu, Rabu (20/9/2023) pagi, orangtua SA, Samsul Arif mendatangi Kantor Lembaga Bantuan Hukum untuk meminta advokasi, pada Rabu (20/09) pagi.
Orang tua korban meminta pendampingan dan perawatan medis karena anaknya kini mengalami trauma akibat penganiayaan.
Dikatakan Samsul, anaknya itu sampai saat ini belum mau sekolah.
Dia berharap mendapat keadilan berupa pemulihan kesehatan dan psikologis anaknya.
"Sekarang saya serahkan kepada LBH untuk menyelesaikan masalah ini," katanya.
Abdul Malik, Kuasa Hukum keluarga korban menilai, kepala sekolah juga harus bertanggungjawab dalam kasus ini.
"Kepala sekolah ini jahat sekali, dia tidak mau membantu. CCTV tidak dimatikan. Kita meminta ke penydiik agar CCTV itu dilabforkan," katanya dikutip dari Kompas TV, Rabu (29/9/2023).
Baca juga: Prosedur Operasi Gigi Bungsu, Konsultasi Dokter dan Rontgen Dilakukan, Ini Kata drg. Zahrah Almira
Abdul Malik juga meminta kepala sekolah yang tidak kooperatif itu untuk dijadikan tersangka.
"Ini ibu kasek. anaknya yang lagi begini, tempatnya di sekolahan bukan di warung kopi, tapi tidak bisa menemukan siapa pelakunya," katanya.
Kini keluarga berharap kasus ini bisa diusut tuntas, termasuk mengungkap identitas pelaku.
Sebelumnya, kepala sekolah Umy Latifah enggan memberi tanggapan terkait insiden yang mengakibatkan mata kanan SA buta.
"Saya punya hak untuk tidak menjawab," ujar Kepala UPT SD Negeri 236 Gresik Umy Latifah saat ditemui awak media di sekolahnya, Sabtu (16/9/2023).
Umy lantas bergegas pergi meninggalkan awak media dengan masuk ke ruang guru dan kepala sekolah.
Ia menolak memberikan komentar lebih jauh terkait kejadian tersebut.
Semua Siswa Diperiksa, Hasil Visum Janggal
Baca juga: Demi Anak Bisa Makan, Ibu Ini Nekat Maling Telur di Supermarket, Polisi Kirim Sembako
Kasat Reskrim Polres Gresik AKP Aldhino Prima Wirdhan mengatakan, pihak kepolisian terus bekerja untuk mengungkap kejadian yang dialami oleh SA. Termasuk, meminta keterangan dari teman-teman satu sekolah korban.
"Kemarin itu baru 22 siswa yang diperiksa, terus berlanjut, bakal diperiksa semua," ujar Aldhino saat dikonfirmasi, Rabu (20/9/2023).
Aldhino menjelaskan, total sebanyak 156 siswa yang bakal dimintai keterangan seputar apa yang mereka ketahui pada saat kejadian, yaitu pada 7 Agustus 2023.
Hal ini dilakukan penyidik sembari menunggu hasil digital video recorder (DVR) rekaman CCTV yang masih dilakukan analisa oleh Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Jawa Timur.
"Semua, pokoknya yang kejadian (mengenai) tanggal 7 kita tanyakan semua," kata Aldhino.
Karena para siswa masih di bawah umur, pihak kepolisian melibatkan orangtua untuk mendampingi pada saat siswa dimintai keterangan.
"Tetap, orangtua mendampingi," ucap Aldhino.
Baca juga: Nenek Berbaju Lusuh Dicurigai Pihak Bank karena Transfer Rp 6 Miliar, Polisi Ungkap Identitasnya
Di bagian lain, hasil visum yang dikeluarkan RSUD Ibnu Sina Gresik mengungkap tidak adanya pendarahan pada sobekan mata SA.
Selain itu, hasil visum pelendir bola mata juga dalam keadaan normal dan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.
Hasil visum ini diungkap Kapolres Gresik AKBP AKBP Adhitya Panji Anom saat dikonfirmasi pada Selasa (19/9/2023).
Dikatakan, saat ini pihaknya masih menunggu hasil MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang akan keluar pada 26 September 2023.
Dikatakan AKBP Adhitya, pihaknya telah melakukan olah TKP dan melakukan pemeriksaan saksi-saksi, seperti tetangga korban, guru, kepala sekolah, dan lainnya.
"Kami juga sudah memanggil 12 saksi dan meminta bantuan analisa DVR CCTV di Labfor Polda Jatim. Secepatnya hasilnya keluar akan kami informasikan," kata Kapolres, Selasa (19/9/2023).
SA juga sudah menjalani tes psikologi di RS Bhayangkara Polda Jatim.
(TribunHealth.com)