TRIBUNHEALTH.COM - Memasuki lubang sempit diameter 80-80cm sudah menjadi keseharian pada penambang emas di Dusun Grumbul, Tajur RT 05 RW 03, Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.
Dengan merangkak, kemudian mereka memasuki lubang tambang berkedalaman 40 sampai 60 meter, melansir TribunBanyumas.com.
Tiga orang pekerja tambang emas asli Banyumas yaitu Nino (43), Agus (40) dan Darkim (45), menceritakan pengalaman mereka bekerja sebagai pengais emas.
Keberanian dan kenekatan para pekerja tambang emas tersebut sangat berisiko karena nyawa menjadi taruhan.
Baca juga: Fakta Baru Kronologi Kecelakaan Maut Mercedes-Benz di Ringroad Barat, Sleman
Kejadian delapan penambang terjebak dan belum berhasil dievakuasi, kini membuat mereka berpikir dua kali untuk kembali mencari emas.
Nino menceritakan, kondisi di dalam area tambang sangat gelap.
Penerangan sangat bergantung pada lampu senter atau head lamp yang dibawa.
Terdapat tiga alat utama yang mereka gunakan atau andalkan saat menambang.
Pertama, pipa blower yang berfungsi mengalirkan oksigen.
Pipa blower ini juga menjadi alat komunikasi dengan petugas yang berada di atas.
Kedua, pipa penyedot air. Pipa ini bekerja 24 jamsetiap hari untuk menyedot air dil lubang yang ditambang.
Lantaran fungsinya yang cukup penting dan tidak boleh berhenti demi keselamatan penambang, mesin ini segera diganti ketika terasa panas.
Dan ketiga adalah dril atau alat bor yang digunakan untuk mengebor tanah yang akan ditambang.
Baca juga: CARA MUDAH Intip Password WiFi Jarak Jauh Secara Gratis, Aman dan Legal Pakai Android
"Kami kasih kode pakai tali dan kompresor untuk udara, termasuk untuk makanan."
"Jadi, ngomong aja langsung pakai pipa blower pipa panjang itu," ujar Nino kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (27/7/2023).
Dia sendiri dapat masuk dan menambang di dalam selama setengah hari.
Bahkan, pernah juga 24 jam full berada di area tambang.
"Di dalam itu jalurnya seperti tangga dan didalamnya ada yang namanya Raja Tikus yang akan mengikuti jalur urat-urat emas," katanya.
Lubang berdiameter 90 cm tersebut hanya disangga kayu-kayu balok.
Dalam satu lubang tambang, bisa dimasuki sampai 10 orang pekerja tambang yang bekerja secara diam-diam.
"Di dalam bisa 10 orang, ada yang ngedrill atau nge-bor dan ada yang mengankut material pakai karung," jelasnya soal pembagian tugas kerja.
Dari penambangan itu, kata Nino, penghasilan yang diperoleh secara tim sekitar Rp1 juta sampai Rp5 juta.
Baca juga: Profil dan Biodata Bupati Indramayu, Nina Agustina yang Masa Lalunya Disenggol Panji Gumilang
"Kalau sehari, ya bisa sampai Rp100 ribu. Tapi, sering zonk (tidak dapat apa-apa) juga," ungkapnya.
Nino dan rekannya sudah bekerja 10 tahunan sejak ada penambangan emas pada 2014 silam.
Tambang emas rakyat di Grumbul (DUsun) Tajur RT 05 RW 03, Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas diapit dua sungai yaitu Sungai tajur dan Sungai Datar.
Berdasarkan informasi yang diceritakan oleh pekerja tambang, Agus (40) butuh modal ratusan juta untuk membuka lapak atau buka satu area lubang tambang.
"Satu lapak ratusan juta, bisa Rp300 juta-Rp500 juta, mahalnya itu karena perlengkapannya juga, kayu dan lain sebagainya," jelasnya.
Namun, meski bekerja di dalam lubang sempit, ternyata, mereka dapat melakukan aktivitas lain, semisal merokok, makanan, minum, dan duduk selonjoran, bahkan ngopi dan tiduran. (*)
(TribunHealth.com)