TRIBUNHEALTH.COM - Sebuah Sekolah Dasar (SD) Negeri di ponorogo mendapatkan sorotan lantaran tak mendapatkan siswa baru.
Bahkan, kepala sekolah sampai menangis melihat sekolah yang dia pimpin kalah pamor dari sekolah swasta.
Padahal sekolahnya memiliki segudang prestasi mentereng.
Hal inilah yang membuatnya tak bisa menahan air mata lagi.
Bahkan dirinya sampai harus ditenangkan oleh rekan kerjanya saat menghadapi situasi ini.
Dilansir TribunHealth.com dari berbagai sumber, berikut ini kisahnya.
Baca juga: Jamaah Haji Tak Menggubris saat Diajak Turun Pesawat, Ternyata Sudah Meninggal Serangan Jantung

Kepala sekolah menangis tak dapat murid baru
Kepala sekolah Dasar Negeri di Ponorogo pun menangis mendapati kenyataan tersebut.
Ia adalah Evif Darmawanti, yang mengaku prihatin dengan skolahnya.
Dia harus menghadapi kenyataan pahit, SD Negeri 3 Babadan Ponorogo yang ia pimpin tidak mendapatkan siswa baru sama sekali saat masa PPDB 2023 berakhir.
Mengantongi banyak prestasi SD Negeri 3 Babadan harus bersaing dengan 2 SD negeri lain-nya di Desa Babadan.
Apalagi jumlah anak usia lulus TK di Desa Babadan sangat terbatas, sebagaimana dilansir Kompas TV.
Bahkan Kitri Maharani, pengawas sekolah, harus berulang kali memberikan semangat dan membesarkan hati Evif dalam menghadapi situasi ini, dengan menegaskan bahwa masih ada harapan di tahun-tahun mendatang.
Baca juga: Saling Support, Pasutri di Banyumas Berhasil Dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Waktu Bersamaan
Sudah diprediksi

Dilansir Tribun-Medan.com, Evif dan tim guru sekolah sebenarnya telah memprediksi bahwa hal ini mungkin terjadi.
Selain karena persaingan dengan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang baru saja berdiri, jumlah anak usia lulus taman kanak-kanak di Desa Babadan ini sangat terbatas.
Belum lagi, sekolah ini juga harus bersaing dengan dua SD negeri lainnya di desa yang sama.
Baca juga: Hanya karena Tisu, Mobil Tabrak Pohon hingga Terbalik, Polisi Jelaskan Kondisi Terkini Pengemudi
Segudang prestasi
Padahal, SD Negeri 3 Babadan telah mencatat prestasi yang gemilang di tingkat kecamatan hingga kabupaten.
Tumpukan piala dan piagam penghargaan yang siswa peroleh dari berbagai bidang menghiasi lemari sekolah.
Namun, ternyata prestasi tersebut belum mampu mengubah keadaan, bahkan tidak ada satu pun siswa baru yang mendaftar ke sekolah ini.
"Memang kita sudah bisa memprediksi, karena kita sudah menghitung karena TK-nya sedikit. Kita sudah berusaha sekuat tenaga."
Ruang kelas alih fungsi
Akibat tidak adanya murid baru, ruang kelas 1 di SD ini saat ini kosong dan akan dimanfaatkan sebagai perpustakaan.
Meskipun dalam kondisi yang memprihatinkan ini, proses pembelajaran untuk siswa kelas 2 hingga kelas 6 tetap berlangsung.

Ada 5 sekolah tak mendapatkan murid
Data dari Dinas Pendidikan menyebutkan bahwa saat ini ada lima SD negeri di Ponorogo yang tidak mendapatkan murid.
Delapan SD lainnya juga terpaksa harus ditutup karena kekurangan siswa. Dari total 558 SD negeri, hanya ada 11 sekolah yang berhasil memenuhi pagu 28 siswa per kelas.
Kondisi ini menunjukkan tantangan serius yang dihadapi oleh sekolah-sekolah di daerah Ponorogo, khususnya dalam menarik minat orangtua untuk memilih SD negeri sebagai tempat pendidikan anak-anak mereka.
Diperlukan upaya kolaboratif dari pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk mencari solusi yang berkelanjutan demi keberlangsungan pendidikan yang berkualitas di wilayah ini.