TRIBUNHEALTH.COM - Pemerintah Rusia baru saja memberikan hukuman yang terbilang unik untuk pelaku pembunuhan dan pemerkosaan.
Seorang pria yang memperkosa serta membunuh pacarnya kini 'dihukum' dengan dikirim ke Ukraina untuk perang di garis depan.
Setelah 6 bulan, tindak kriminal yang telah dilakukan bisa dimaafkan oleh negara.
Kendati demikian, pihak keluarga korban rupanya tidak senang dengan keputusan ini.
Dilansir TribunHealth.com dari DailyStar, berikut ini faktanya.
Baca juga: Ada Pemberontakan, KBRI Moskow Beri Warning ke WNI di Rusia: Selalu Bawa Identitas dan Waspada

Pembunuh sadis Vladislav Kanyus, 26, dibebaskan kurang dari setahun dari hukumannya atas pembunuhan keji pacarnya, yang ditikamnya 111 kali.
Dia telah dibebaskan dan dikeluarkan dari penjara untuk berperang di garis depan Ukraina.
Bahkan Daily Star mengklaim Kanyus bukanlah satu-satunya narapidana yang dibebaskan.
Media yang berbasis di Inggris ini menyebut Vladimir Putin banyak menerapkan hukuman serupa untuk sederet narapidana lainnya.
Kronologi
Awalnya, pacar Kanyus, Vera Pekhteleva, 23, ingin berpisah dan meminta lagi semua barang-barangnya.
Tapi Kanyus justru menyiksa Pekhteleva sampai mati.
Awalnya dihukum 17 tahun, Kanyus kini telah dibebaskan setelah kurang dari setahun di balik jeruji besi.
Baca juga: Heboh Penemuan Mumi Berusia 1500 Tahun Pakai Sepatu Mirip Adidas, Bukti Adanya Penjelajah Waktu?
Keluarga korban kecewa

Namun keluarga korban tampak tak senang dengan keputusan ini.
"Monster ini, dibebaskan dari hukuman pidana, melarikan diri dari garis depan atau berpindah pihak, kapan saja dapat membunuh salah satu dari kita, para korban, untuk balas dendam," kata ibu Vera, Oksana.
"Ada 111 luka di tubuhnya. Dia memperkosa Vera saat dia masih hidup, dan kemudian mencekiknya dengan tali besi. Saya tidak dapat menemukan kata-kata untuk mengungkapkan kemarahan saya," komentar Pengacara Rusia dan pembela hak asasi manusia Alyona Popova.
Bisa dimaafkan setelah mengabdi bersama militer

Putin sebelumnya menyebut tahanan yang dibebaskan, didorong ke dalam kelompok milisi militer Wagner atau tentara internal Rusia, "patriot Rusia".
Setelah enam bulan mengabdi, Kanyus akan menerima pengampunan penuh atas kejahatan yang oleh hakim digambarkan sebagai "pembunuhan yang sangat kejam".
Sebagai informasi, Vera sedang dalam proses untuk lulus dari universitas lokal di Kemerovo pada saat kematiannya.
Kala itu 600 anggota gereja memberikan penghormatan kepada wanita berusia 23 tahun itu dalam sebuah kebaktian.
Pengacara hak asasi manusia Alyona sejak itu memperingatkan tahanan lain akan menggunakan pengampunan enam bulan mereka sebagai kesempatan untuk "membunuh dan memperkosa" ketika mereka pulang dari perang.
Dapatkan produk kesehatan di sini
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)