Breaking News:

Lupa Minum Obat Tuberkulosis, Apakah Harus Mengulang Pengobatan? dr. Brigitta Devi Menanggapi

Menurut Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan, dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P terdapat kriteria kasus putus obat, begini penjelasannya.

Pixabay.com
Ilustrasi lupa minum obat tuberkulosis, begini pemaparan Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan, dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P 

TRIBUNHEALTH.COM – Seseorang yang terdiagnosis tuberkulosis akan diberikan pengobatan berupa antituberkulosis yang umumnya dikonsumsi selama 6 bulan.

Apabila penderita lupa meminum satu hari saja, maka pengobatan tetap bisa dilanjutkan sesuai dengan jadwal biasanya.

Pengobatan bisa berubah jika obat tidak dikonsumsi selama 2 minggu karena berisiko menimbulkan resistensi.

Untuk mengetahui mengenai masalah kesehatan paru-paru dan pernapasan, kita bisa bertanya langsung dengan dokter yang berkompeten seperti dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P.

dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P merupakan Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan.

dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P lahir di Surakarta, 23 November 1989.

Sejak lahir hingga saat ini rupanya dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P berdomisili di Surakarta.

Baca juga: Adakah Pantangan Makanan bagi Penderita Campak? Ini Kata dr. Sindy Atmadja, M.Ked Ped, Sp.A

Ilustrasi lupa minum obat tuberkulosis, begini penjelasan Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan, dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P
Ilustrasi lupa minum obat tuberkulosis, begini penjelasan Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan, dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P (Pixabay.com)

Baca juga: Jaga Pola Hidup Sehat Agar Kesehatan Kulit Tetap Terjaga dan Terhindar dari Permasalahan Kulit

Bahkan dia menempuh pendidikan hingga menjadi seorang dokter spesialis di Surakarta.

Adapun latar belakang pendidikan dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P ialah sebagai berikut:

- SMP Negeri 4 Surakarta (2002-2005)

2 dari 4 halaman

- SMA Negeri 3 Surakarta program Akselerasi (2005-2007)

- Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran di Universitas Sebelas Maret Surakarta (2007-2012)

- Pendidikan spesialis program studi Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran di Universitas Sebelas Maret Surakarta (2017-2021)

Rupanya dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P tidak hanya bekerja di satu rumah sakit saja, ia menjadi Dokter Spesialis Paru di RS UNS, RS Triharsi, dan RS Slamet Riyadi.

Selain bekerja di beberapa rumah sakit, ia juga menjadi dosen di program studi pendidikan dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi di UNS.

Terdapat beberapa organisasi yang dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P ikuti, yaitu:

- Sie Ilmiah perhimpunan dokter paru cabang Surakarta

- Anggota pokja intervensi dan gawat napas-perhimpunan paru Indonesia

- Anggota Ikatan Dokter Indonesia cabang Surakarta

Tidak hanya aktif berorganisasi, dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P juga aktif dalam berbagai pelatihan kursus.

3 dari 4 halaman

Pelatihan pertama yang ia ikuti pada tahun 2016 adalah Pertemuan Ilmiah Respirasi Surabaya "Achieving excellence in respiratory disease management."

Baca juga: Asma Termasuk Penyakit Keturunan atau bisa Disebabkan Karena Pola Hidup dan Pola Makan Kurang Baik?

Profil Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan, dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P
Profil Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan, dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P (Dokumentasi Pribadi Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan, dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P)

Baca juga: Alasan Air Liur Berlebih saat Bayi Mulai Tumbuh Gigi, Ketahui dari drg. R. Ngt. Anastasia Ririen

Kemudian pelatihan terakhir yang diikuti pada tahun 2019 adalah Pelatihan Rehabilitasi Paru "Auxilium Vitae Volterra Spa Center of Weaning and Repiratory Rehabilitation" di Italia.

dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P akan menjawab semua pertanyaan sobat sehat terkait kesehatan paru dan pernapasan.

Pertanyaan:

Dok, pengobatan TBC dikenal memerlukan waktu yang cukup lama bisa sampai  6 bulan.

Apabila dalam pengobatan tuberkulosis, pasien lupa mengonsumsi obat apakah harus mengulang pengobatananya dari awal dok?

Larissa, Tinggal di Blitar.

Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan, dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P Menjawab:

Jadi yang harus mengulang adalah kasus yang putus obat.

Kasus putus obat sendiri ada kriterianya, tidak yang terus berhenti satu hari kemudian harus mengulang, tidak.

4 dari 4 halaman

Kasus putus obat sendiri itu biasanya pasien sudah menelan obat selama paling tidak 28 hari atau dalam satu bulang pengobatan TBC, kemudian dia berhenti selama 2 minggu berturut-turut, nah itu yang mengulang.

Tapi kalau yang belum seperti itu biasanya kita lanjutkan saja, kecuali disitu ada tanda-tanda perburukan yang signifikan.

Misalnya foto rontgennya berubah terlalu drastis atau misalnya terjadi infeksi yang lain yang kita sesuaikan dulu pengobatannnya atau kita cek terlebih dahulu resistensinya.

Tapi kalau pada kasus putus obat, mau tidak mau kita cek lagi resistensi kumannya seperti apa karena kalau putus obat itu kuman TBC bisa bermutasi sehingga menjadi kuman TBC yang kebal terhadap obat TBC tadi dan memerlukan regimen khusus lagi seperti regimen TB yang resisten obat.

Jadi pengobatannya lebih panjang lagi, oleh karena itu pasien sebelum pengobatan TBC harus diedukasi untuk menyelesaikan pengobatan dan harus diminum setiap hari.

Karena kalau tidak, nanti bisa menjadi kebal dan apabila kebal pengobatannya lebih lama lagi.

Baca juga: Mengandung Karbohidrat yang Cukup Tinggi, Bolehkan Penderita Diabetes Konsumsi Kurma?

Ilustrasi pengidap tuberkulosis, begini pemaparan Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan, dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P
Ilustrasi pengidap tuberkulosis, begini pemaparan Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan, dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P (pixabay.com)

Baca juga: Bolehkah Ibu Hamil Olahraga saat Berpuasa? Ini Kata dr. Bambang Ekowiyono, Sp.OG., M.Kes.

Tapi kalau selesai kemungkinannya sembuh menjadi sangat besar, sehingga pasien harus diberikan dorongan dan motivasi.

Namun satu hal yang merepotkan adalah rata-rata pasien kalau sudah minum obat atau fase intensif gejalanya hilang dan berat badannya naik sehingga pasien merasa badannya lebih baik atau enak, padahal hal ini berbahaya.

Terkadang pasien memutuskan untuk putus sendiri dan tidak memerlukan berobat kembali.

Padahal hal ini berbahaya sekali, kalau putus obat sendiri maka kumannya belum sepenuhnya mati dan bisa bermutasi, bisa semakin menular dan merusak parunya sendiri.

Jadi memang pengobatannya harus sampai tuntas atau sampai selesai.

Baca juga: dr. Marlina Imbau untuk Melakukan Perawatan Kulit Sejak Dini dengan Menerapkan Hal-hal Berikut

Klik di sini untuk mengetahui referensi tuberkulosis lebih luas.

(Tribunhealth.com/DN)

Baca berita lain tentang kesehatan di sini.

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comTuberkulosisTBCdr. Brigitta Devi Anindita Hapsari
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved