TRIBUNHEALTH.COM - Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan kronis dan ditandai dengan adanya halusinasi juga delusi, sehingga terjadi perybahan perilaku juga sikap.
Tekanan kehidupan yang ekstrem menjadi penyebab gangguan mental skizofrenia.
Bagaimana cara mendeteksi atau mendiagnosis skizofrenia?
Adib Setiawan mengatakan, sebenarnya mendeteksi pertama kali dengan skrining.
Apabila seseorang merasakan tekanan dikeluarga memang berbeda dengan tekanan pada umumnya, sebisa mungkin memang mencari teman.

Baca juga: Psikolog Sebut Skizofrenia adalah Salah Satu Kondisi Psikosis, Ini Penjelasannya
Misalnya ketika SD ataupun SMP memiliki teman, bisa saling ngobrol bagaimana mengenai ornagtua.
Jika tekanan dibandingkan dengan teman lain berbeda, maka harus peduli dengan diri sendiri.
Baik dengan cara mencari teman untuk menemukan solusi ataupun mencari psikolog.
Apabila diri sendiri merasakan berbeda, merasa hal-hal aneh dan sedih bahkan mudah marah sebaiknya segera ke psikolog.
Tentunya penegakan diagnosa bisa ditegakkan dengan konsultasi ke psikolog.
Baca juga: Psikolog Paparkan Beberapa Hal yang Bisa Menyebabkan Seseorang Mengalami Gangguan Kejiwaan
Alangkah lebih baiknya belum sampai mengalami skizofrenia sudah mau konsultasi dengan psikolog.
Artinya, ketika baru merasakan sedih, mudah marah, motivasi hilang, malas sekolah dan malas berteman sangat disarankan untuk segera ke psikolog, sehingga tidak harus menunggu mengalami gangguan yang berat.
Jika sudah terlanjur menjadi skizofrenia pengobatannya jauh lebih sulit, karena masalah sudah kompleks dan banyak sekali trauma.
Ketika mudah marah, merasa kesal, kecewa, motivasi turun, merasa malas beraktivitas alangkah lebih baik segera ke psikolog.
Beberapa orang tidak datang ke psikolog karena takut dianggap gila oleh orang-orang sekitar.
Baca juga: Apakah Skizofrenia Sama dengan Psikosis? Ini Penjelasan Adib Setiawan S.Psi., M.Psi
Adib Setiawan menyampaikan bahwa gila merupakan proses yang panjang, bahkan seseorang tidak mudah mengalami gila.
Apabila seserorang merasa sedih masih dikatakan wajar.
Ketika sedih hilang, maka tidak perlu datang ke psikolog.
Berbeda lagi jika sedih yang sudah lebih dari 1 bulan, memang disarankan untuk ke psikolog.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Health bersama dengan Adib Setiawan S.Psi., M.Psi. Seorang psikolog keluarga dan pendidikan anak di Psikolog Indonesia.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)