TRIBUNHEALTH.COM - Skizofrenia ialah gangguan kejiwaan yang terjadi akibat tekanan hidup yang ekstrem.
Skizofrenia ditandai dengan halusinasi atau delusi.
Seseorang bisa saja melihat kursi tetapi wujudnya seperti monster, atau bisa juga merasa sakit tertentu padahal kondisinya sehat.
Seseorang dengan psikosis tidak hanya mengalami skizofrenia.
Gangguan psikosis bisa dialami oleh orang depresi yang sangat berat.
Penderita depresi berat cenderung mengurung diri di kamar dan tidak bisa membedakan antara imajinasi dan kenyataan.

Baca juga: Apakah Benar Skizofrenia Sama dengan Orang Gila? Berikut Penjelasan dari Sisi Psikologis
Misalnya seseorang merasa dirinya benar, sementara orang tua, teman dan saudaranya salah.
Tetapi seseorang tersebut merasa bahwa yang salah melukainya.
Seseorang tersebut mengalami psikosis juga, karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Bisa saja seseorang di rumah saja bertahun-tahun walaupun tidak muncul halusinasi.
Artinya, seseorang tersebut mengalami gangguan psikosis tetapi cenderung masih ringan.
Adib Setiawan menyampaikan, gangguan psikosis bisa disebabkan oleh kondisi-kondisi tertentu.
Baca juga: Skizofrenia Bisa Mempengaruhi Konsentrasi Penderitanya, Simak Penjelasan Berikut
Misalnya faktor usia, demensia, penyakit stroke, bahkan psikosis karena banyak mengonsumsi alkohol.
Namun, kondisi skizofrenia adalah salah satu kondisi psikosis.
Skizofrenia merupakan kondisi paling kritis atau paling parah, walaupun terdapat kondisi-kondisi psikosis level lain yang juga cukup berat tanpa adanya halusinasi tetapi tidak bisa membedakan antara kenyataan dan imajinasi.
Adib Setiawan menyampaikan, psikosis adalah kondisi diskoneksi antara kenyataan.
Seseorang dengan psikosis sudah hidup di dalam ketidaknyataan, bisa dikatakan tidak adanya diskoneksi dengan kenyataan hidup.
Atau seseorang tersebut sulit membedakan antara imajinasi dan kenyataan.
Baca juga: Mengenal Skizofrenia, Gangguan Kejiwaan Kronis Akibat Tekanan Hidup yang Ekstrem
Misalnya seseorang melihat kursi, bisa saja yang muncul adalah monster.
Atau orang melihat pohon, yang muncul adalah seorang nenek-nenek.
Apabila seseorang berhalusinasi seperti contoh di atas, maka persepsinya menjadi salah.
Contoh dari delusi seperti delusi kebesaran, misalnya seseorang merasa menjadi raja, menjadi presiden, menjadi ulama, bahkan menjadi nabi.
Waham kebesaran tersebut hanya terjadi dalam perasaan penderita saja.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Health bersama dengan Adib Setiawan S.Psi., M.Psi. Seorang psikolog keluarga dan pendidikan anak di Psikolog Indonesia.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)