TRIBUNHEALTH.COM - Sakit kepala, demam, hingga sakit tenggorokan mungkin kerap dikaitkan dengan flu.
Memang benar, bahwa flu bisa memicu gejala tersebut.
Namun kondisi lain yang lebih serius seperti miokarditis ternyata bisa ditandai dengan gejala serupa, dilansir TribunHealth.com dari berita Express.co.uk pada Rabu (12/10/2022).
Miokarditis adalah peradangan pada jantung yang dapat mempengaruhi sistem kelistrikan dan ototnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk memompa darah.
Kondisi ini berpotensi menyebabkan irama jantung yang cepat, atau aritmia.
Gejala bisa mirip flu

Miokarditis termasuk kondisi serius yang mempengaruhi kapasitas jantung untuk memompa darah, yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke semua organ.
Peradangan jantung yang disebabkan oleh virus dapat menurunkan kekuatan kontraksi dan kemampuannya untuk memasok darah ke tubuh.
"Dalam kasus miokarditis yang tidak terlalu parah, orang mungkin tidak mengalami gejala apa pun," kata Montreal Heart Institute.
"Namun, mereka mungkin merasakan gejala yang mirip dengan flu: sakit kepala, demam, sakit tenggorokan, nyeri sendi dan diare," kata badan kesehatan tersebut."
Dalam kasus ringan, gejala halus termasuk nyeri dada ringan atau sesak napas.
Dalam kasus yang parah, jantung menjadi terlalu lemah untuk memompa cukup darah ke seluruh tubuh.
Seseorang juga lebih rentan terhadap pembentukan gumpalan di jantung, yang dapat menyebabkan stroke atau serangan jantung.
Baca juga: 6 Penyebab Hidung Tersumbat Disertai Sakit Kepala, Tak Hanya karena Pilek dan Flu
Penyebab miokarditis

Beberapa penyebab miokarditis yang diketahui meliputi:
- Virus, termasuk yang menyebabkan penyakit seperti flu, pilek, rubella (campak Jerman), gastroenteritis, mononukleosis (mono), dan HIV dan AIDS
- Bakteri, termasuk yang menyebabkan radang tenggorokan, infeksi staph, difteri, dan penyakit Lyme
- Parasit
- Narkoba
- Gangguan autoimun
- Paparan zat beracun tertentu.
Baca juga: CDC Ungkap Cara Hindari Miokarditis setelah Vaksin Pfizer dan Moderna, Jeda Vaksinasi Perlu Ditambah
Miokarditis dan vaksin Covid-19

Sebuah studi Denmark yang diterbitkan di BMJ menyelidiki hubungan antara vaksinasi SARS-CoV-2 dan miokarditis atau mioperikarditis.
Penelitian ini melibatkan 4 931 775 individu berusia 12 tahun ke atas yang diikuti mulai 1 Oktober 2020 hingga 5 Oktober 2021.
Selama masa tindak lanjut, 269 peserta mengembangkan miokarditis atau mioperikarditis, di antaranya 108 (40 persen) berusia 12-39 tahun dan 196 (73 persen) adalah laki-laki.
“Dari 3 482 295 individu yang divaksinasi dengan BNT162b2 (Pfizer-BioNTech), 48 mengembangkan miokarditis atau mioperikarditis dalam 28 hari sejak tanggal vaksinasi dibandingkan dengan individu yang tidak divaksinasi,” catat penelitian tersebut.
Baca juga: Wanita Selandia Baru Meninggal karena Miokarditis setelah Disuntik Vaksin Pfizer
Ahli epidemiologi Profesor Rickard Ljung dari Badan Produk Medis Swedia dan rekan-rekannya mengeksplorasi lebih lanjut hal ini dalam penelitian terbaru yang menyelidiki data kesehatan pada total sekitar 23,1 juta orang dari Denmark, Finlandia, Norwegia, dan Swedia dari akhir Desember 2020 hingga awal Oktober 2021.
Tim mencari insiden miokarditis dan perikarditis dan, untuk setiap kasus, mempertimbangkan jenis kelamin subjek, usia dan vaksinasi secara spesifik.
Mereka secara khusus berfokus pada kasus-kasus di mana kondisi jantung yang meradang berkembang dalam 28 hari setelah suntikan vaksinasi awal atau kedua.

Pada akhir masa studi, para peneliti melaporkan, 81 persen subjek telah divaksinasi.
Secara keseluruhan, tim mengidentifikasi 1.077 kasus miokarditis dan 1.149 perikarditis di antara empat kelompok studi mereka.
Memeriksa subjek yang telah divaksinasi, tim menemukan bahwa kemungkinan mengembangkan miokarditis lebih tinggi setelah dosis kedua vaksin virus corona.
Selain itu, tim menemukan bahwa risiko miokarditis setelah dua suntikan paling tinggi terjadi pada pria muda berusia antara 16-24 tahun.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)