TRIBUNHEALTH.COM - Kemampuan dalam mengontrol ejakulasi dini berasal dari sistem saraf pusat.
Karena itu dibutuhkan kontrol yang benar dari pikiran untuk mencegah ejakulasi dini terjadi.
Namun jika mengalami kesulitan, bisa mencoba untuk melakukan hubungan intim dengan menggunakan alat kontrasepsi kondom.
Baca juga: Mengenal Perawatan Vagina, Non Surgical Female Intimate Rejuvenation dari dr. Reshati Anggit Maulani
Cara ini dianjurkan oleh dr. Dandy Tanuwidjaja, Sp.U, meskipun banyak pasangan yang tidak sesuai dengan metode tersebut.
Karena metode ini tidak populer di Indonesia dan dianggap bisa mengurangi sensasi dan sebagainya.
Padahal beberapa kondom itu dibuat khusus untuk membantu menangani ejakulasi dini.

"Misalnya bahannya lebih tebal atau ditambah zat untuk mengurangi sensitivitas kulit penis," ungkap Dandy dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.
Lebih lanjut, pada negara lain terdapat salep yang berupa gel untuk mengurangi sensitifitas pada penis.
Penggunaan salep ini bisa membuat rangsangan menjadi berkurang.
Baca juga: dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS Sebut Penyakit Menular Seksual Hanya Terdapat pada Organ Intim Saja
Namun kembali lagi, berbagai cara yang ada tidak semua pasien akan sesuai.
Jika dicontohkan pada penggunaan salep, dikabarkan bsia membuat sang istri ikut membuat sensitifitasnya menjadi berkurang.
Cara Lain Mengatasi Ejakulasi Dini
Selain upaya di atas, ada pula dengan cara melakukan masturbasi 1 hingga 2 jam sebelum berhubungan intim bersama pasangan.
"Menurut beberapa sumber bisa memperlama terjadinya ejakulasi. Karena sudah tidak terlalu excited dibanding sebelum masturbasi," jelasnya.
Namun meski banyak yang menganjurkan, terdapat beberapa pasien yang tidak merasa sesuai dengan cara tersebut. Walaupun tak sedikit pula yang berhasil mencobanya.

Ada pula metode Distraction thinking.
Adalah pada saat melakukan penetrasi diimbau agar sang pria tidak fokus terhadap aktivitas seksual yang sedang dilakukan.
Melainkan berpikiran pada hal lain yang tidak terkait dengan seksual.
Baca juga: Dokter Tegaskan Tubektomi dan Vasektomi Tak Pengaruhi Kualitas Hubungan Intim, Tetap Bisa Ejakulasi
"Misalnya nyebutin nama-nama pemain bola favorit atau menjabarkan poin-poin pada tahapan pekerjaan," sambung Dandy.
Prinsip Penanganan Ejakulasi Dini
Prinsip dasar penanganan ejakulasi dini bersifat individualis.
Artinya tidak semua penanganan pada setiap pasangan akan dilakukan dengan cara yang sama.
Karena itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara pasien beserta pasangan dan dokter.

Langkah ini dilakukan untuk mencapai kesepakatan bersama terkait pengobatan yang sesuai dengan pasien.
"Kita harus sama-sama antara dokter, suami, dan istrinya untuk duduk bersama mendiskusikan kira-kira (penanganan) mana yang cocok. Selanjutnya kita arahkan ke sana," terang Dandy.
Kunci utama dalam mengatasi masalah ini adalah komunikasi.
"Komunikasi itu sangat penting dalam pengobatan ejakulasi dini," ucap Dandy.
Baca juga: dr. Binsar : Kesehatan Seksual Tidak 100 persen Fokus Terhadap Organ Reproduksi dan Hubungan Intim
Jika sudah melakukan komunikasi dengan baik pada pasangan, maka ajak pasangan untuk mendampingi pengobatan. Utamanya pada saat berkonsultasi dengan dokter.
Karena meskipun ejakulasi dini terjadi pada pria, namun mempengaruhi hubungan antar pasangan.
"Berhasil atau tidaknya terapi yang dilakukan sangat bergantung oleh komunikasi, pengertian, dan kerjasama dengan pasangan," jelas Dandy.
Pemeriksaan
Kondisi ini perlu dipastikan secara medis oleh dokter dengan serangkaian prosedur pemeriksaan.
Langkah pertama, dokter akan melakukan anamnesis kepada pasien (wawancara medis).

Untuk memastikan apakah kondisi pasien memenuhi kriteria ejakulasi dini.
Lalu ditelusuri faktor penyebab yang bisa mencetuskan terkena ejakulasi dini.
Hingga kini, faktor pemicu yang paling sering didapatkan adalah psikologis.
Selain itu perlu dipastikan terkait kondisi hubungan dengan pasangan dan apakah ejakulasi dini sudah menganggu kualitas hubungan.
Penanganan
Dalam penanganan ejakulasi dini, ada 3 jenis pengobatan. Yakni:
- Terapi perilaku
- Medikamentosa
Baca juga: dr. Eric Herrianto Sampaikan Beberapa Hal Mengenai Kanker Prostat yang Perlu Diwaspadai Pria
- Konseling
Di antara 3 aspek di atas, terapi perilaku dan konseling sangat membutuhkan dukungan pasangan.
Jika memiliki pasangan yang cenderung menjatuhkan, maka pasien akan jatuh pada fase minder yang kerap disertai demam panggung.
"Demam panggung dalam artian, setiap akan melakukan hubungan seksual akan minder dahulu," terang Dandy.
Jika sudah terjadi demikian akan memperburuk kondisi ejakulasi dini.
Pemicu Ejakulasi Dini
Ejakulasi dini lebih banyak terjadi disebabkan oleh psikis.
Meskipun ada beberapa kondisi biologis yang bisa memicu ejakulasi dini.
Misalnya:

- Infeksi saluran kencing
- Obesitas
- Disfungsi ereksi.
Kriteria Ejakulasi Dini
Suatu kondisi dianggap sebagai ejakulasi dini apabila memenuhi sejumlah kriteria. Ialah:
1. Waktu
Ejakulasi terjadi sebelum penetrasi atau kurang dari 1 sampai 3 menit setelah penetrasi terjadi.
Baca juga: Selektif Memiliki Bahan Pakaian Dalam demi Cegah Masalah pada Organ Intim
Pertimbangan waktu tersebut berdasarkan jenis ejakulasi dini dalam dunia medis yang disebut:
- Long live
Ejakulasi dialami setiap saat pria memulai aktivitas seksual.
"Jadi sejak muda tidak pernah mengalami ejakulasi yang normal," tambah Dandy.
- Quirt

Pada masa muda pernah mengalami ejakulasi yang normal, lalu suatu ketika mengalami ejakulasi dini.
Kondisi ini menjadi tolak ukur alasan waktu 1-3 menit menjadi landasan pengukuran waktu ejakulasi dini.
2. Pria Tidak Bisa Kontrol Ejakulasi
Sebenarnya pada diri seorang pria memiliki kemampuan untuk mengontrol ejakulasi.
Jadi ketika ada sensasi ejakulasi akan terjadi, normalnya setiap pria bisa mengontrol.
Baca juga: Seorang Pria Kehilangan Imajinasi setelah Terpapar Covid-19, Alami Kondisi yang Disebut Aphantasia
Jika tidak ada kemampuan untuk melakukan kontrol ini, maka masuk sebagai salah satu kriteria ejakulasi dini.
3. Mengganggu
Disebut sebagai ejakulasi dini bila kondisi ini mengganggu.
Dalam artian menganggu secara psikis, seperti minder, menghindari aktivitas seksual, dan mengalami ketidakharmonisan dengan pasangan.
"Jadi disebut sebagai ejakulasi dini jika memenuhi 3 kriteria tersebut," tandas Dandy.
Penjelasan dr. Dandy Tanuwidjaja, Sp.U dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)