TRIBUNHEALTH.COM - Wabah cacar monyet dikonfirmasi pada tanggal 06 Mei 2022 di Britania Raya yang diawali pada saat penduduk Inggris bepergian ke Nigeria di Afrika Barat tempat penyakit ini bersifat endemis.
Sejarah ditemukannya cacar monyet menurut dokter
"Jadi penyakit cacar monyet sendiri sebenarnya, kayanya baru-baru ini ya tanggal 16-an ini itu sudah diganti. Sebenarnya wacana untuk mengganti nama cacar monyet ini itu udah beberapa waktu yang lalu. Cuman saya baru denger ini sekarang namanya sudah diganti, bukan lagi cacar monyet namanya clade gitu menurut WHO," terang dr. Arieffah, Sp.KK.
"Jadi alasannya mungkin supaya tidak ada pelanggaran budaya atau terhadap pariwisata mungkin dampaknya seperti itu," imbuh dr. Arieffah, Sp.KK.
Baca juga: Apakah Rahang Berbunyi ketika Digerakkan karena Posisi Rahang Tak Normal? Simak Kata drg. Ardiansyah
Pernyataan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, dr. Arieffah, Sp.KK yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 27 Agustus 2022.

Baca juga: dr. Ammarilis Murastami, Sp.KK: Tidak Semua Kelainan di Kulit atau Ruam di Kulit merupakan Alergi
"Cacar monyet sendiri itu pertama kali diidentifikasi memang dari hewan percobaan," timpal dr. Arieffah, Sp.KK.
Penyakit cacar dikatakan sebagai cacar monyet karena pada saat dilakukan percobaan atau penelitian menggunakan hewan-hewan yang dianggap mirip dengan manusia, salah satunya adalah monyet.
"Nah, kebetulan pada cacar monyet ini, kebetulan itu hewan percobaannya ini adalah monyet. Jadi makanya dia disebut dengan cacar monyet dan awalnya itu memang terjadi penularan dari hewan ke manusia. Itu yang kita bilang sebagai zoonosis," ucap dr. Arieffah, Sp.KK.
Sebagai informasi, zoonosis atau penyakit zoonotik merupakan penyakit yang bisa ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya.
Zoonosis disebabkan oleh mikroorganisme parasit yang bisa berupa bakteri, virus, jamur serta parasit seperti protozoa dan cacing.
"Jadi awalnya itu mungkin dari pemeriksa laboratorium atau mungkin dari dokter peneliti itu tanpa sengaja dia tertular, entahlah dari kontak atau entahlah dari mekanisme penularan lainnya," kata dr. Arieffah, Sp.KK dalam tayangan Healthy Talk (27/08/2022).
Berdasarkan penuturan dr. Arieffah, Sp.KK virus cacar monyet sudah ada sejak lama dari tahun 1970 an.
Baca juga: Apakah Bisa Dilakukan Rekonstruksi Rahang untuk Kondisi Gigi Maju Maupun Mundur?

Baca juga: Apakah Boleh Menggunakan Bedak Gatal atau Bedak Dingin untuk Atasi Alergi Kulit? Begini Kata Dokter
Virus tersebut pertama kali terdeteksi di Afrika.
Kemudian pada tahun 2017 an penyakit cacar monyet mulai terdeteksi kembali di negara Inggris.
"Terus yang paling deket sama kita itu di tahun 2019 dia (cacar monyet) mulai masuk Singapura, yang bawa ya sama aja orang dari Afrika juga," lanjutnya.
"Kan Singapura kan tempat transit ya, bandara internasional ya, jadi banyak pergerakkan gitu dari benua lain menuju benua lain dia transit dulu di Singapura. Nah jadi seperti itu," ucap dr. Arieffah, Sp.KK.
"Karena Singapura itu dekat sama kita lokasinya (Indonesia), ya jadi ditakutkan gitu terjadi penularan juga atau ada yang membawa gitu yang mungkin 1 pesawat atau kontak dekat dengan pasien tersebut jadi terbawa sampai Indonesia," paparnya.
Baca juga: Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D Sebut Uji Klinis Vaksin Nusantara Telah Rampung

Baca juga: Berikut Ini Makanan yang Baik dan Buruk untuk Kesehatan Gusi, Konsumsi Buah Punya Manfaat Tersendiri
Penjelasan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, dr. Arieffah, Sp.KK dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 27 Agustus 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lainnya tentang kesehatan di sini.