TRIBUNHEALTH.COM - drg. Andi Tajrin menyampaikan, jika gigi terjadi kelainan maju atau mundur yang disertai dengan keadaan tulang maka itulah yang diindikasikan untuk bedah rekonstruksi.
Apabila terdapat kondisi gigi yang maju akibat rahangnya baik atas maupun bawah, maka itulah yang diindikasikan untuk bedah rekonstruksi.
Tetapi jika terdapat gigi yang maju dan mundur dengan kondisi tidak normal seperti yang dialami beberapa individu dan hanya dialami oleh gigi geliginya, maka cukup dengan menggunakan behel dan tidak perlu melakukan bedah rekosntruksi.
Karena dengan penggunaan behel saja sudah cukup menggembalikan fungsi yang diharapkan.
Fungsi yang diharapkan antaralain :
- Fungsi pengunyahan
- Fungsi menyebut huruf
- Fungsi estetika
Baca juga: Pahami Beberapa Hal Sebelum Melakukan Rekonstruksi Rahang, Ini Penjelasan drg. Andi Tajrin
drg. Andi Tajrin menyampaikan, tanpa memotong atau melakukan rekonstruksi rahang kondisi gigi bisa dikembalikan dengan behel, tetapi dengan catatan bahwa gigi maju dan mundur tersebut tidak disertai dengan maju dan mundurnya rahang hanya gigi geligi yang tidak normal.
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan dengan kondisi, apabila rahang maju maupun mundur bisa dilakukan rekonstruksi rahang.
Tetapi apabila yang perlu diperbaiki adalah posisi dari gigi, maka hanya penggunaan behel sudah cukup.
Sebenarnya rekonstruksi rahang ini adalah pembedahan rahang.
Dalam istilah ilmiahnya pembedahan rahang maksilofasial untuk memperbaiki kecacatan pada wajah akibat bawaan dari lahir atau cedera pada rahang.
Rekonstruksi rahang juga berfungsi untuk mengembalikan fungsi estetika dari rahang tersebut.
Baca juga: drg. Andi Tajrin Sp.BM (K) Ungkap Batasan Usia Tertentu Seseorang Diperbolehkan Rekonstruksi Rahang
drg. Andi Tajrin menyampaikan bahwa sebenarnya ada yang secara umum sudah baik, tetapi masyarakat mengganggap apabila dilakukan operasi rekonstruksi rahang kemungkinan bisa lebih baik.
Sebenarnya yang diindikasikan untuk bukan rekonstruksi rahang adalah mereka yang mengalami kelainan.
Kelainan di antaranya adalah kelainan pada rahang atas menjadi lebih maju, kelainan rahang bawah lebih maju dibanding orang normal yang lain atau ketidak harmonisan antara rahang atas dan rahang bawah.
Pada kasus-kasus seperti itulah operasi rekonstruksi rahang bisa dilakukan.
Artinya, rahang maju baik atas maupun bawah bisa dikembalikan pada posisi yang normal.
Dengan kembalinya rahang ke posisi yang normal, mereka bisa dikatakan lebih estetis.
Rekonstruksi rahang tergolong relatif menjadikan seseorang menjadi lebih terlihat cantik maupun terlihat tampan.
Baca juga: drg. Andi Tajrin Paparkan Tujuan dari Rekonstruksi Rahang
Tetapi fungsi dari operai rekonstruksi rahang yang diharapkan adalah kembalinya fungsi-fungsi yang seharusnya tidak terjadi pada rahang.
Kelainan pada rahang atas menjadi lebih maju, kelainan rahang bawah lebih maju dibanding orang normal yang lain atau ketidak harmonisan antara rahang atas dan rahang bawah bisa diperbaiki oleh operasi rekonstruksi.
drg. Andi Tajrin menyampaikan bahwa istilah operasi rekonstruksi ini biasa disebut "Bedah Ortognatik", istilah tersebut sudah mendunia dan sudah diterima bahkan secara bahasa indonesia lebih cocok dipanggil dengan bedah ortognatik.
Sebenarnya didunia, trend bedah ortognatik ini tergolong meningkat seiring dengan bagaimana manusia di era modern ini menginginkan kehidupannya lebih maksimal.
Karena secara estetik kita akan menemukan bentuk wajah yang tidak imbang dan biasanya diindikasikan pada pasien-pasien yang mengalami kelainan pertumbuhan rahang.
Baca juga: Mengenal Rekonstruksi Rahang, Tindakan yang Berperan Mengembalikan Estetika
Pada orang-orang yang sudah normal, sebenarnya bedah ortognatik tidak pas dilakukan.
Tetapi pada beberapa orang perlu melakukan operasi rekonstruksi rahang untuk mendapatkan kondiis yang lebih baik.
Kondisi yang lebih baik tentunya adalah bagaimana mencapai pengunyahan, relasi otot yang baik dan relasi rahang yang baik.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Health bersama dengan drg. Andi Tajrin, M.Kes., Sp.BM (K). Seorang dokter gigi spesialis bedah mulut dan maksilofasial RS Undata Sulawesi Tengah.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)