TRIBUNHEALTH.COM - Nyeri perut adalah keluhan yang cukup umum dialami masyarakat.
Namun demikian, jangan sepelekan nyeri perut yang sering timbul.
Segera tanggap terhadap keluhan tersebut dengan berkonsultasi pada dokter di rumah sakit.
Baca juga: 5 Penyebab Sakit Perut pada Anak: Sembelit, Diare, hingga Faktor Kesehatan Mental
Konsultasikan keluhan tersebut pada dokter spesialis bedah atau dokter spesialis penyakit dalam.
Lakukan perawatan dengan fasilitas medis yang ada.
Jangan mencoba-coba untuk melakukan pemijatan atau kerokan pada area perut yang nyeri.

"Dicatat ya, jangan diurut-urut atau dikerok di perut," imbau dr. Andi Siswandi, Sp.B dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.
Mengurut dan mengerok area perut yang nyeri justru tidak menyelesaikan masalah.
Selain itu, sebaiknya tidak mudah mempercayai informasi dari internet.
Baca juga: Apakah Pijat Menyehatkan Bagi Tubuh? Simak Penjelasan Dokter Spesialis Fisik dan Rehabilitasi
Konsultasikan segala keluhan hanya dengan dokter.
Karena banyaknya informasi yang diterima seringkali membuat pasien menjadi ragu dan menunda untuk melakukan perawatan di rumah sakit.
Baca juga: Mencegah hingga Mengatasi Ambeien dengan Benar sesuai Anjuran dr. Arief Budiman, M.Si.Med, Sp. B
"Masyarakat kita masih takut dilakukan tindakan operasi, kalau nggak sakit-sakit amat nggak akan datang ke rumah sakit," tambahnya.
Padahal paradigma seperti di atas harus dihilangkan.
Waspada Usus Buntu
Nyeri perut adalah keluhan yang banyak dialami masyarakat.
Keluhan nyeri perut ini, bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor penyebab.

Mulai dari hal yang sederhana hingga kompleks, seperti tanda penyakit berbahaya.
Salah satu tanda penyakit yang mencetuskan keluhan nyeri perut ialah usus buntu.
Seseorang yang mengalami keluhan nyeri perut tanda usus buntu sebaiknya tidak asal untuk melakukan pijat urut.
Baca juga: Ternyata Sembelit Bisa Berakhir Kanker Usus Besar, Ini Penjelasan dr. Muhammad Singgih Nugraha, Sp B
Karena rupanya, tindakan pemijatan tersebut bisa berisiko membuat usus buntu menjadi pecah.
"Bila mengalami nyeri perut kanan bawah selama 2 sampai 3 hari lalu diurut, maka usus buntu bisa pecah," kata Andi.
Tanda di atas telah merujuk pada kondisi usus buntu akut.
Usus buntu yang pecah tersebut, bisa mengiritasi seluruh dinding perut.
Baca juga: Tak Perlu Khawatir, Kini Perut Buncit Bisa Diatasi dengan Metode Slimming Treatment
Keadaan ini dinamakan dengan Peritonitis. Menurut Andi, Penyakit Peritonitis sangat mengancam jiwa.
Lantaran, pasien yang biasanya mengalami Peritonis, kondisinya memburuk akibat infeksi yang sudah menyebar di seluruh tubuh.
Baca juga: 6 Pemicu Sakit Perut Bawah selama Kehamilan, Termasuk Nyeri Ligamen Bundar hingga Kontraksi Palsu
Oleh karena itu, ia berharap seluruh tenaga medis bisa memberikan edukasi kepada masyarakat untuk memahami bahaya dari nyeri perut.
Dengan begitu, setiap tanda yang mengarah pada diagnosa nyeri perut, pasien bisa tanggap melakukan pengobatan bersama dokter.
Usus Buntu Kronis
Penyakit usus buntu adalah suat tanda pencernaan mengalami masalah.
Dalam bahasa medis, penyakit usus buntu dikenal sebagai apendiks.
Sedangkan masyarakat secara awam menyebutnya sebagai umbai cacing.

Seseorang yang mengalami usus buntu, diwajibkan untuk mendapatkan penanganan dokter.
Walau terkenal sebagai penyakit yang cukup serius, sebenarnya usus buntuk telah dimiliki setiap orang.
Usus buntu yang kronis bisa menyebabkan peritonitis.
Baca juga: Waspada Perubahan Pola BAB Bisa Jadi Tanda Alami Kanker Usus, Simak dr. Muhammad Singgih Nugraha
Peritonitis adalah peradangan yang terjadi pada lapisan tipis di dinding perut (peritonium).
Keadaan Peritonitis disebabkan oleh infeksi yang membuat Peritonium mengalami peradangan.
Seseorang yang mengalami peritonitis akan menunjukkan sejumlah gejala. Di antaranya:
- Nyeri perut kanan bawah selama 2-3 hari.

- Selang 5 hari, usus akan pecah lalu berlanjut nyeri pada seluruh perut.
"Jadi awalnya peradangan saja di usus buntu."
"Bila keada tersebut terus dibiarkan, maka bisa pecah, bernanah (menginveksi peritonium)," papar Andi.
Bila berlanjut semakin parah, usus buntu akut bisa menjadi kondisi peritonitis atau usus buntu pecah.
Untuk membedakan kedua kondisi di atas, bisa dilihat dari rasa nyeri yang dialami.
Baca juga: Kunci Utama Mencegah Kanker Usus Besar, Dokter: Perhatikan Seberapa Sering Buang Air Besar
Menurut penuturan dr. Andi Siswandi, Sp.B, bila mengalami usus buntu akut rasa nyeri hanya berada pada area perut bawah.
Berbeda jika mengalami peritonitis, rasa nyeri bisa berada di seluruh permukaan perut.
"Kalau udah peritonitis, usus buntu pecah maka seluruh lapangan perut nyeri," kata Andi.

Bahkan rasa nyeri tersebut cukup mudah diidentifikasi hanya dengan menempelkan jari pada area perut.
Selain cara di atas, untuk membedakannya bisa dilihat dengan hasil laboratorium.
Perhatikan tingkat infensi melalui leukosit (pertahanan tubuh). Angka normal berkisar 5000 sampai 10.000.
Baca juga: Benarkah Gejala Awal Kanker Ovarium adalah Perut Sering Kembung? Simak Penjelasan dr. Hervy
Jika akut mencapai 15.000 sedangkan peritonitis melebihi angka 20.000.
Dengan leukosit, bisa dilihat tingkat infeksi ringan, sedang, atau berat.
Penjelasan dr. Andi Siswandi, Sp.B ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)