TRIBUNHEALTH.COM - Apoteker Yovita Mercya, M.Si menjelaskan gejala dari cacar monyet.
Cacar monyet adalah kondisi yang harus diwaspadai.
Virus yang sedang banyak diperbincangkan masyarakat dunia saat ini bisa menular siapa saja.
Baca juga: Cacar Monyet Belum Terdeteksi di Indonesia, Menkes Imbau Waspada, Bisa Menular setelah Gejala Timbul
Terkini, bahkan salah satu warga Indonesia sudah teridentifikasi terkena cacar monyet.
Hal ini bisa dipastikan dari gejala yang dialami.
Lantas apa saja gejala cacar monyet?
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video, Apoteker Yovita Mercya, M.Si memberikan ulasannya.
Seperti virus pada umumnya, gejala cacar monyet diawali dengan demam.
Mengingat demam adalah mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk.
Baca juga: Waspada, Dokter Sebut Penularan Penyakit Cacar Monyet Bisa Melalui Batuk dan Bersalaman
Selain demam, penderita juga akan diikuti keluhan nyeri otot.
Namun yang menjadi pembeda, pada penderita cacar monyet cenderung akan mengalami lesi atau ruam yang tampak mengerikan. Lantaran lesi tersebut berukuran besar.
Meski begitu, tingkat bahayanya lebih rendah dibanding cacar, yakni berkisar 1 hingga 10 persen.
Baca juga: Waspada Cacar Monyet yang Diawali Timbul Bercak Merah pada Wajah, Simak Kata Dokter Berikut
"Kalau cacar 30 persen, 3 dari 10 sedangkan cacar monyet 1 hingga 10 persen. Cacar air lebih ringan lagi," jelasnya.
Pencetus Cacar Monyet
Cacar Monyet
Cacar monyet berasal dari virus yang ditularkan melalui binatang.
Pertama kali cacar monyet ditemukan tahun 1958 di Denmark.
Penemuan cacar monyet ini tepatnya terjadi pada hewan coba monyet.
"Jadi monyet ini sedang dimasukkan di laboratorium untuk diteliti dan ditemukan ada cacar," kata Mercya.
Setelah penemuan ini, beberapa lama kemudian cacar pada monyet tidak ditemukan lagi.
Hingga kemudian tahun 1970 cacar monyet kembali di temukan di kawasan Kongo dan sudah terinfeksi pada manusia.
Baca juga: Apakah Gejala Cacar Monyet Bisa Makin Parah? Begini Kata dr. Zahra Ayu Lukita Sari, Sp.KK
"Jadi kenapa disebut sebagai cacar monyet, karena pertama kali ditemukan di monyet," imbuh Mercya.
Penularan Tak hanya dari Monyet
Meski penyakit ini diawali dari tertular virus cacar pada monyet, namun penularannya tidak hanya semata-mata dari monyet saja.
Berdasarkan dari informasi yang ada sebelumnya, penularan bisa berasal dari hewan pengerat.
Seperti tikus atau kelinci juga dinyatakan bisa menyebabkan seseorang tertular dari cacar monyet ini.
Penyakit cacar monyet ditularkan dari hewan (zoonosis) yang memiliki genus sama dengan cacar.
Nama dari genus tersebut adalah Octopus virus.
Perbedaan Cacar dan Cacar Air
Cacar memiliki nama lain smallpox, sementara cacar air mempunyai sebutan chichenpox.
Cacar mempunyai genus yang sama dengan cacar monyet atau monkeypox.
Nama dari genus tersebut adalah Octopus virus.
Baca juga: Dokter Spesialis Anak, S.T Andreas Terangkan Perbedaan Flu Singapura dan Cacar Air
Sedangkan genus pada cacar air adalah virolo virus sama dengan virus herpes.
Dibanding dengan cacar, cacar air memiliki gejala yang lebih ringan.
Biasanya cacar air menyerang usia anak-anak.
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video, Mercya mengatakan, bahwa sejak 1980 virus cacar ini sudah ditetapkan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) sudah tidak ada lagi.
Penetapan ini didasari oleh gencarnya vaksinasi yang dilakukan pada masa tersebut.
Hal ini pun juga membuat seluruh masyarakat dunia berpikir bahwa cacar monyet juga telah hilang.
Mengingat diketahui pertama kali virus cacar monyet ditemukan sejak 1958.
Baca juga: Mengenal Gejala dan Penyebab Herpes Zoster, Bisa Menulari Orang yang Belum Pernah Kena Cacar Air?
"Padahal sebelumnya, abad 15 cacar ini menjadi pandemi di dunia," imbuhnya.
Bahkan disebutkan dari kasus pandemi tersebut, angka kematian telah menyumbang 30 %.
Bahkan dari 11 juta penduduk Meksiko, hanya tersisa 1 juta saja akibat dari dahsyatnya penularan penyakit cacar.
Sampai akhirnya 1776, seorang peneliti dari Inggris, Edward Jenner menemukan vaksin untuk cacar.
Latar Belakang Penemuan Vaksin Cacar
Sebelum akhirnya Edward menemukan vaksin cacar, ia melihat seorang peternak sapi sedang memeras susu.
Peternak tersebut terkena virus cacar sapi (cowpox) dengan gejala yang lebih ringan dibanding cacar biasa.
Hingga selanjutnya peternak tersebut dinyatakan tidak bisa terpapar lagi dengan virus cacar.
Baca juga: Benarkah Penderita Cacar Monyet Gejala Ringan Bisa Sembuh dengan Sendirinya? Begini Ulasan dr. Zahra
"Kemudian Edward berpikir bahwa penyakit cacar sapi memiliki turunan yang sama dengan penyakit cacar," kata Mercya.
Lalu ia mencoba bereksperimen dengan menyuntikkan virus cacar sapi pada seorang anak yang terinfeksi cacar.
Akibatnya adalah si anak tersebut tidak lagi terkena cacar.
Dari sinilah penelitian terus berkembang untuk membuat sejumlah vaksin yang diberikan pada abad 18 sampai 20.
Maka akhirnya pada 1980 dinyatakan virus cacar sudah tidak ada lagi.
Penjelasan Apoteker Mercya, M.Si ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)