TRIBUNHEALTH.COM - drg. Anastasia menyebutkan beberapa etiologi kejadian gigi sensitif seperti karies gigi, atrisi, abrasi, afraksi, erosi, maupun resesi gingiva.
Pada kondisi-kondisi tersebut semisal kejadian karies gigi pada area belakang akan kesulitan terlebih jika antar gigi dan bagian belakang.
Dengan lidah pun jika dirasakan tidak terlalu mudah terdeteksi.
Biasanya salah satu ciri khasnya yaitu apabila telah terjadi karies pada area antar gigi, dimana karies tersebut terjadi pada area belakang sehingga dari depan tidak tampak.
Salah satu ciri khasnya adalah makanan mudah menyelip dan sulit dibersihkan.
Apabila menggunakan dental floss dan masuk ke dalam sela-sela gigi akan tersangkut.

Baca juga: Dr. drg. Tri Setyawati Sampaikan Dampak Jangka Panjang Karies Gigi yang Tidak Terkontrol
Bahkan dental floss tersebut koyak atau sulit dikeluarkan karena tersangkut, bisa disebabkan adanya kalkulus atau karang gigi.
Bisa juga karena adanya aktivitas, semisal kejadian karies pada area interdental atau disela-sela antar gigi.
Jika kejadiannya adalah afraksi atau abrasi, misalkan contoh kejadian menyikat gigi yang terlalu keras sehingga pada area gusi terjadi kavitas-kavitas abrasi akan terlihat.
Tetapi sebagai awam, kadang kala belum paham dan menduga bahwa kondisi giginya baik-baik saja.
Termasuk masalah resesi gingiva atau turunnya margin gingiva, bahkan sampai gigi terlihat akarnya pun beberapa awam tidak menyadarinya.
Itulah mengapa kontrol secara rutin ke dokter dan segera menanyakan apakah ada anomali sekecil apapun, idealnya sesegera mungkin rutin dilakukan paling lambat 6 bulan sekali.
Baca juga: Umumnya Impaksi Gigi Dialami Gigi Bungsu, Munginkan Impaksi dapat Terjadi pada Gigi Lain?
drg. Anastasia menyarankan pasien untuk menanyakan kepada dokter adakah anomali seperti karies kecil atau kondisi kerusakan pada material gigi.
Karena kejadian anomali pada jaringan keras gigi tidak akan berhenti apabila tidak sesegera mungkin ditindak lanjuti, baik berupa upaya penambalan apabila sudah terdapat kavitas ataupun adanya kaitan dengan bad habbit.
Apabila bad habbit tidak dihentikan, maka kondisi anomali tersebut akan terus berlangsung.
drg. Anastasia menyampaikan, kita harus memahami etiologi kejadian keluhan yang dialami.
Jika kita belum mengerti disarankan untuk kondultasi dengan dokter, sehingga dokter bisa melakukan upaya anamnesis secara lengkap dan dokter bisa menemukan etiologi dari kondisi anomali yang dialami hingga tertangani secara sempurna.
Baca juga: Ketahui Masalah Gigi Berlubang yang Harusnya Dicabut tapi Tidak Dilakukan Pencabutan
Dokter akan menangani secara sempurna baik secara fisik maupun jika terdapat habbit-habbit yang tidak ideal, bisa sesegera mungkin ihentikan.
Karena semisal gigi sudah ditambal sekalipun, seperti abrasi atau afraksi sudah dilakukan upaya penambalan oleh dokter tetapi pemilik raga tidak menghentikan bad habbit yang biasa dilakukan misalnya bruxism, menyikat gigi dengan cara yang tidak tepat atau terlalu keras maka tambalan tersebut akan hancur.
Kondisi gigi sensitif akan tetap dialami atau tetap dikeluhkan karena tidak tertangani dengan smepurna.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribunnews.com bersama dengan drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati. Seorang dokter gigi.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)