Breaking News:

Ruben Onsu Didiagnosis Idap Penyakit Empty Sella Syndrome, Berikut Jenis & Penjelasannya

Penyakit empty sella syndrome banyak menjadi perbincangan setelah Ruben Onsu didiagnosis kondisi tersebut

Penulis: Ahmad Nur Rosikin | Editor: Melia Istighfaroh
Freepik.com
Ilustrasi seorang dokter melihat diagnosis empty sella syndrome 

TRIBUNHEALTH.COM - Empty Sella Syndrome (ESS) belakangan ini kerap menjadi perbincangan di tanah air.

Hal ini terkait berita bahwa selebritas tanah air, Ruben Onsu, mengidap kondisi berikut.

TribunHealth.com menelusuri informasi terkait apa itu empty sella syndrome, dan bagaimana gejalanya.

National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) menjelaskan, empty sella syndrome melibatkan tulang di dalam kepala.

"Empty Sella Syndrome (ESS) adalah gangguan yang melibatkan sella tursika, struktur tulang di dasar otak yang mengelilingi dan melindungi kelenjar pituitari," tulis NINDS dalam situs resminya.

Baca juga: Antisipasi Derajat Keparahan Nyeri Kepala Kian Memberat, Dokter Tekankan Pasien Rutin Tes MRI Otak

ilustrasi empty sella syndrome
ilustrasi empty sella syndrome (freepik.com)

"Empty sella syndrome sering ditemukan selama tes pencitraan radiologis untuk gangguan hipofisis. empty sella syndrome terjadi pada hingga 25 persen populasi."

NINDS menyebut seseorang dengan empty sella syndrome mungkin tidak memiliki gejala.

Kendati demikian, mereka juga bisa memiliki gejala akibat hilangnya sebagian atau seluruh fungsi hipofisis.

Gejala tersebut termasuk sakit kepala, dorongan seks rendah, dan impotensi.

Ada dua jenis empty sella syndrome, yakni primer dan sekunder.

2 dari 3 halaman

Empty sella syndrome primer

Ilustrasi empty sella syndrome kerap dikaitkan dengan tekanan darah tinggi
Ilustrasi empty sella syndrome kerap dikaitkan dengan tekanan darah tinggi (Kompas.com)

"Empty sella syndrome primer terjadi ketika cacat anatomi kecil di atas kelenjar pituitari memungkinkan cairan tulang belakang untuk mengisi sebagian atau seluruh sella tursika," pakar lembaga kesehatan Amerika Serikat (AS) tersebut.

"Hal ini menyebabkan kelenjar mendatar di sepanjang dinding interior rongga sella tursika."

Orang yang mengalami empty sella syndrome primer mungkin memiliki kadar hormon prolaktin yang tinggi, yang dapat mengganggu fungsi normal testis dan ovarium.

Baca juga: Perhatikan Nyeri Kepala yang Khas Indikasi Tumor Otak, Dokter Jabarkan Ciri-cirinya

Empty sella syndrome primer paling sering terjadi pada orang dewasa dan wanita, dan sering dikaitkan dengan obesitas dan tekanan darah tinggi.

"Dalam beberapa kasus kelenjar pituitari mungkin lebih kecil dari biasanya; ini mungkin karena kondisi yang disebut pseudotumor cerebri (yang berarti "tumor otak palsu", yang disebabkan oleh tekanan tinggi di dalam tengkorak)."

"Dalam kasus yang jarang terjadi, tekanan cairan yang tinggi ini dapat dikaitkan dengan drainase cairan tulang belakang melalui hidung," lanjutnya.

Empty sella syndrome

ilustrasi tindakan pembedahan
ilustrasi tindakan pembedahan (wartakota.tribunnews.com)

Sementara itu, empty sella syndrome sekunder adalah hasil dari kemunduran kelenjar pituitari di dalam rongga setelah cedera, pembedahan, atau terapi radiasi.

Individu yang memiliki empty sella syndrome sekunder kadang-kadang dapat memiliki gejala yang mencerminkan hilangnya fungsi hipofisis, seperti berhentinya periode menstruasi, infertilitas, kelelahan, dan intoleransi terhadap stres dan infeksi.

Baca juga: 5 Manfaat Penting ASI untuk Bayi: Bentuk Antibodi, Cegah Obesitas, hingga Bantu Perkembangan Otak

3 dari 3 halaman

Pada anak-anak, empty sella syndrome dapat dikaitkan dengan pubertas dini, defisiensi hormon pertumbuhan, tumor hipofisis, atau disfungsi kelenjar hipofisis.

"Pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI) berguna dalam mengevaluasi empty sella syndrome dan untuk mengidentifikasi gangguan mendasar yang mungkin menjadi penyebab tekanan cairan yang tinggi," tandas NINDS.

Baca berita tentang kesehatan umum lainnya di sini.

(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comEmpty Sella SyndromeRuben OnsuNational Institute of Neurological Disorders and SMagnetic Resonance Imaging (MRI)
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved