Breaking News:

dr. Karina Ansheila, M.Kes Imbau untuk Tak Asal Diagnosis Orang yang Alami Gangguan Mental

Tentu sudah tidak asing dengan kata bipolar dalam kesehatan mental. Beberapa orang mengira bahwa bipolar dan depresi adalah permasalahan yang sama.

Penulis: Putri Pramestianggraini | Editor: Ekarista Rahmawati
sehatq
ilustrasi perbedaan bipolar dan depresi 

TRIBUNHEALTH.COM - Tentu kita sudah tidak asing dengan kata bipolar maupun depresi.

Namun beberapa dari kita masih belum memahami perbedaan bipolar dan depresi.

Di sosial media maupun dimedia-media online sudah mulai sering membahas kesehatan jiwa, sehingga kita bisa membaca sendiri.

Tetapi kita harus sadar bahwa untuk mendiagnosis sesuatu harus memiliki kompetensi.

Itulah mengapa saat kita mengalami hal-hal yang menurut kita mengganggu secara emosional atau secara psikis, disarankan untuk bertemu dengan profesional misalkan dengan psikolog atau psikiater.

ilustrasi perbedaan bipolar dan depresi
ilustrasi perbedaan bipolar dan depresi (sehatq)

Baca juga: Manakah yang Lebih Baik, Anak Menghisap Empeng ataukah Menghisap Jari? Ini Kata Dokter Gigi Anak

Jika mendiagnosa sendiri terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk ditetapkan bahwa pasien tersebut mengalami depresi atau bipolar.

Dengan adanya pergaulan sehari-hari biasanya orang akan gampang memberikan diagnosis sesama, padahal yang memberikan diagnsis tersebut bukanlah profesional.

dr. Karina Ansheila menyampaikan, untuk mendiagnosis masalah tersebut dengan benar sangat disarankan bertemu dengan psikiater atau psikolog.

Tujuannya ialah agar bisa dipertanggung jawabkan diagnosa tersebut.

Dampak terburuk dari stigma masyaraat adalah diskriminasi.

2 dari 2 halaman

Karena kita sudah memiliki pandangan buruk terhadap sesuatu, belum cukup teredukasi dan termakan stigma tersebut biasanya akan melakukan diskriminasi terhadap orang-orang yang dianggap buruk.

Baca juga: Mengetahui Lebih Dekat Perbedaan Antara Tindakan Odontektomi dengan Pencabutan Gigi Biasa

Apabila sudah ada perilaku-perilaku diskriminatif, otomatis akan sangat merugikan penderita karena saat mendiskriminasikan orang dan menjauhkan dari lingkungannya maka semakin jauh untuk ditolong.

Padahal orang yang sedang berada dalam kondisi yang tertekan, merasa sedih, atau mengalami masalah kesehatan mental sangat-sangat butuh dukungan dari lingkungan sekitarnya.

Adanya dukungan dari lingkungan sekitar akan sangat mempengaruhi proses penyembuhan pasien.

Jika dari keluarga sendiri tidak memberi dukungan dan termakan stigma atau mungkin malu hingga akhirnya denial.

Baca juga: Berikut Masalah Gigi yang Diperbaiki oleh Dokter Gigi Spesialis Orthodonti, Simak Penjelasannya

Di masyarakat sering ditemui dalam masalah kesehatan mental masih sangat sensitif , dianggap tabu dan hal yang memalukan.

Orang cenderung merasa takut terbuka, bahkan kepada keluarga sendiri karena takut dihakimi ataupun keluarga yang seharusnya mensupport malah menghakimi paling pertama.

Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Manado bersama dengan dr. Karina Ansheila, M.Kes.

(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comBipolardepresiGangguan MentalKesehatan Mentaldr. Karina Ansheila M.Kes.
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved