TRIBUNHEALTH.COM - Stroke merupakan penyakit serius yang tidak boleh disepelekan.
Penyakit stroke menyerang area pembuluh darah otak.
Umumnya didengar penyakit stroke banyak terjadi pada lansia.
Baca juga: Stroke Tak Selalu Berakibat Kematian, Satu di Antara Kuncinya adalah Deteksi Dini
Namun baru-baru ini, diketahui bahwa stroke bisa mengincar anak muda.
Lantas bagaimana cara untuk melakukan deteksi sejak dini?
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV, dr. Lilir Amalini, Sp.S memberikan ulasannya.

Berdasarkan pernyataanya, stroke adalah penyakit yang datang secara tiba-tiba.
Meski demikian, terdapat sekitar 15 sampai 25 persen penderita stroke merasakan gejalanya 7 hari sampai 1 bulan sebelumnya.
Kondisi di atas dinamakan dengan TIA (Transient Ischemic Attack), yakni semacam mini stroke.
Baca juga: Kecemasan, Stres, dan Depresi Dapat Tingkatkan Risiko Seseorang Terkena Stroke
Gejala TIA ini mirip sekali dengan stroke, seperti:
- Mulut mencong
- Anggota gerak lemah sebelah

Baca juga: Meski Sudah Sembuh, Stroke Bisa Terjadi Lagi di Masa Depan, Hindari dengan Tips Berikut Ini
- Susah bicara
- Linglung
- Kesemutan.
Perbedaan TIA dengan stroke yakni terletak pada durasi munculnya gejala.

Pada TIA, gejala di atas biasanya akan muncul beberapa menit saja.
Artinya dalam kurung waktu kurang dari 24 jam gejala sudah hilamg.
Seringkali orang akan menganggap tanda tersebut adalah hal yang biasa tidak menandakan suatu masalah kesehatan.
Baca juga: Menghindari Terkena Stroke Mendadak, Simak Cara Pencegahan Berikut Ini
Seharusnya apabila sudah mengalami TIA, pasien harus segera mencari tahu penyebabnya.
Bila sudah ditemukan penyebab TIA, diharapkan tidak bisa berkembang menjadi Stroke.
Alasan Begadang Sebabkan Stroke
Berdasarkan penelitian, durasi tidur yang kurang dari 7 jam/hari bisa mencetuskan peningkatan risiko pendarahan pada otak. Kasus ini dapat terjadi sekitar 20 persen.

Namun juga perlu diketahui bahwa tidur lebih dari 9 jam/hari juga dapat memicu stroke dan kelainan jantung serta pembuluh darah.
"Jadi memang tidur itu harus pas, nggak boleh kurang juga nggak boleh kelebihan," pesan Lilir.
Baca juga: Aneurisma Otak Bisa Sebabkan Stroke, Penting untuk Turunkan Tekanan Darah Tinggi
Durasi tidur yang paling disarankan oleh dokter adalah 7 hingga 8 jam sehari.
Mengganti Waktu Tidur
Beberapa orang memiliki kebiasaan tidur yang berbeda pada kebanyakan orang umumnya.
Seperti memiliki kebiasaan tidur dimulai dari tengah malam dan baru terbangun menjelang siang.

Menurut Lilir, keadaan demikian kerap disebut sebagai cara untuk mengganti waktu tidur.
Bila dilakukan hanya beberapa kali saja, hal ini tidak menjadi masalah.
Baca juga: Pernah Tidur dalam Waktu Sekejap? Kenali Masalah yang Dipaparkan oleh dr. Andreas Prasadja
Namun jika terus dilakukan berulang kali, maka bisa menimbulkan masalah kesehatan.
Penjelasan Dokter Spesialis Saraf, Lilir Amalini ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)