TRIBUNHEALTH.COM - Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterohepatologi, Kaka Renaldi menjelaskan tips dalam mengantisipasi kanker usus besar.
Diketahui data kasus kanker usus besar hingga kini kian mengalami peningkatan.
Potret ini tidak lepas dari kebiasaan pola makan masyarakat yang banyak berorientasi pada budaya barat.
Baca juga: Benarkah Usus Buntu Disebabkan karena Biji Cabai? Simak Penjelasan dr. Andreas Cahyo Sp.B
Ditambah dengan kian meningkatnya konsumsi daging merah.
"Hal ini menambah risiko kanker usus besar," ucap Kaka dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.
Oleh karena itu dalam mengantisipasi kanker usus, upayakan untuk mengonsumsi makanan yang sehat.
Seperti perbanyak konsumsi serat dan melakukan aktivitas olahraga.
Serta jangan lupa untuk melakukan deteksi sejak dini.
Terlebih jika telah memiliki sejumlah tanda yang mengarah pada indikasi kanker usus.
Baca juga: Gejala Kanker Usus Termasuk Sakit Perut saat Makan, Waspada jika Disertai Gejala Berikut
Misalnya:
- Diare lebih dari 14 hari
- Penurunan berat badan tanpa diketahui penyebabnya
- Anemia
- Badan pucat
Bila sudah mengalami sejumlah tanda diatas, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan kolonoskopi.
Karena semakin dini penyakit diketahui, maka tingkat kesembuhan pasien akan semakin tinggi.
Baca juga: NHS Sebut Gejala Polip Hidung Mirip dengan Pilek, Bedanya Tak Akan Sembuh jika Tak Diobati
Pemeriksaan Kolonoskopi bukan hanya untuk memastikan penyakit Kanker usus saja, melainkan bisa penyakit yang lain.
Di antaranya seperti:
- Polip
- Infeksi
- Radang usus.
Faktor Risiko Kanker Usus
Kanker usus adalah salah penyakit berbahaya yang bisa terjadi pada siapa saja.
Namun demikian, Kanker usus akan lebih mudah terjadi pada seseorang yang memiliki riwayat keluarga yang pernah menderita penyakit ini (faktor genetik).
Baca juga: Gejala Kanker Usus Termasuk Sakit Perut saat Makan, Waspada jika Disertai Gejala Berikut
Meskipun anggota keluarga tersebut masuk dalam jajaran keturunan kedua, maka tetap berpotensi terkena Kanker usus.
"Orangtua, kakek nenek, om tante, walaupun generasi kedua, tetap saja itu Risk factor," papar Kaka.
Disebutkan bahwa faktor genetik menjadi faktor utama yang menyebabkan seseorang mengalami Kanker usus.
Selain faktor genetik, rupanya pola hidup yang tidak sehat juga bisa membuat seseorang berisiko mengalami Kanker usus.
Salah satu penerapan pola hidup tidak sehat yang kerap dilakukan masyarakat ialah kebiasaan merokok.
Kebiasaan merokok dianggap berpotensi menyebabkan seseorang mengalami Kanker usus.
"Padahal di bungkus rokok sudah ada risiko yang dapat menyebabkan Kanker," imbuh Kaka.
Baca juga: dr. Andreas Sebut Usus Buntu Bisa Disebabkan Penyumbatan dan Infeksi
Disamping kebiasaan merokok, beberapa penerapan pola hidup tidak sehat yang bisa membuat seseorang terkena Kanker usus ialah:
- Kurang mengonsumsi makanan berserat
- Kebiasaan mengonsumsi alkohol
- Kurang berolahraga
Dapat Diatasi Tanpa Operasi
Seseorang yang sudah terdiagnosa mengalami penyakit Kanker usus harus mendapatkan pengobatan yang tepat.
Salah satu metode penanganan dari Kanker usus yang cukup terkenal adalah melalui tindakan operasi.
Namun sebenarnya dilaur operasi, penyakit Kanker usus juga masih bisa diatasi.
Bahkan memiliki prognosis yang baik hingga membuat pasien bisa sembuh total.
Namun tentunya hal ini tidak bisa sembarangan dilakukan.
Karena untuk menangani Kanker usus tanpa operasi, pasien harus masih dalam tahap stadium awal.
Baca juga: Usus Buntu yang Pecah Memicu Terjadinya Peritonitis, Simak Ulasan dr. Andi Siswandi, Sp.B
Misalnya pada kondisi Carcinoma In Situ.
"Jadi saya punya pasien, dia Polip besar sekali tetapi masih bisa diangkat melalui Polipektomi."
"Jadi nggak perlu operasi, ketika diangkat dan polip diperiksa labaratorium dia sudah Kanker namun masih Carcinoma In Situ. Ini bisa sembuh total," jelas Kaka.
Maka ia menegaskan, penting sekali untuk melakukan deteksi sejak dini.
Terlebih jika anggota keluarga memang memiliki riwayat penyakit Kanker usus.
Maka bisa memutus mata rantai terjangkit penyakit Kanker usus secara turun-menurun pada keluarga.
Mengingat jika sudah terdiagnosa Kanker usus, pasien harus menjalankan berbagai prosedur pengobatan.
Baca juga: Peradangan Usus Buntu Sering Dipicu Oleh Faktor Gaya Hidup dan Lingkungan
Mulai dari tindakan pembedahan hingga kemoterapi untuk mencegah kekambuhan.
"Pasien itu suka takut memeriksakan diri dan menyangkal, early detection itu sangat penting sekali," tegas Kaka.
Dalam bidang kedokteran, deteksi dini ini biasa disebut sebagai pencegahan sekunder.
Segera lakukan pemeriksaan jika sudah memiliki riwayat keluarga dengan Kanker usus lalu mengalami tanda pada diri sendiri seperti Diare dan berat badan menurun.
Karena jika sudah ada tanda yang merujuk pada Kanker usus, maka biasanya dokter akan menganjurkan pasien melakukan pemeriksaan Kolonoskopi.
Baca juga: Waspada, Nyeri Perut Bisa Menandakan Adanya Masalah pada Usus Buntu
Kolonoskopi disebutkan sebagai pemeriksaan utama dalam mendeteksi Kanker usus.
"Tidak usah takut, karena semakin dini kita melakukan pemeriksaan Kolonoskopi, maka akan bisa semakin mencegah kondisi memburuk," pesan Kaka.
Penjelasan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterohepatologi, Kaka Renaldi ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)