TRIBUNHEALTH.COM - Hipertensi atau yang sering dikenal dengan tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang mempunyai angka kematian yang cukup tinggidan bisa dikatakan cukup mematikan.
Yang membuat cukup prihatin adalah jumlahnya dari tahun ke tahun yang terus meningkat.
Dimana diketahui jika prevalensi hipertensi pada tahun 2018 di Indonesia sebesar 34,1%.
Ini dibandingkan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 sebesar 25,8%.
Hipertensi seringkali muncul tanpa keluhan.
Hal ini disampaikan oleh PLT. Direktur P2PTM, dr. Elvieda Sariwati M.Epid yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Kementerian Kesehatan RI edisi 12 Mei 2022.
Tak jarang penderita baru merasakan sakit pada kondisi yang sudah semakin parah.
Baca juga: Ubah Kebiasaan Mengunyah dengan Satu Sisi untuk Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut

Baca juga: drg. Ummi Kalsum : Sebelum Melakukan Perawatan Estetika, Kondisi Gigi Berlubang Perlu Diperhatikan
Hipertensi yang tidak mendapatkan penanganan dengan baik atau hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, penyakit ginjal kronik dan kebutaan.
Untuk itu, deteksi dini dan menerapkan pola hidup sehat adalah upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya hipertensi.
dr. Elvieda Sariwati M.Epid menyampaikan faktor risiko yang merupakan penyebab atau terkait dengan kematian penderita penyakit tidak menular.
Terlihat jika tekanan darah tinggi dan obesitas menduduki 5 besar faktor risiko beban penyakit (global).
Dimana tekanan darah tinggi, merokok, gula darah tinggn dan obesitas menduduki 5 besar faktor risiko yang menyebabkan beban penyakit di dunia.
dr. Elvieda Sariwati M.Epid menambahkan jika tren hipertensi, obesitas, diabetes, stroke, dan ginjal kronis di Indonesia meningkat.
Ini berdasarkan dari hasil RISKESDAS tahun 2013 dan 2018 menunjukkan grafik yang meningkat.
Persentase penyakit tidak menular penyebab kematian terbanyak yaitu stroke (19,4%), kardiovaskuler (14,4%), kanker (13,5%), diabetes melitus dan komplikasinya (6,2%).
Prevalensi tertinggi hipertensi adalah di provinsi Kalimantan Selatan sebesar 44,13% dan terendah di Provinsi Papua sebesar 22,2%.
Kemungkinan besar adalah hipertensi tidak terdeteksi karena pasien tidak tahu jika sedang menderita hipertensi.
Baca juga: Cara Sederhana Redakan Rasa Sakit Akibat Gingivitis, Simak Anjuran drg. Arifah Hariadi

Baca juga: Lakukan Scaling sebagai Tahap Awal Atasi Gingivitis, Begini Penjelasan drg. Arifah Hariadi
Ternyata dar hasil survey menunjukkan jika hanya 3 dari 10 penderita penyakit tidak menular yang terdeteksi, selebihnya tidak mengetahui bahwa dirinya sakit karena penyakit tidak menular tidak menunjukkan gejala dan tanda sampai pada kondisi komplikasi.
Sehingga biasanya pasien datang berobat sudah dengan komplikasi.
Menurutnya, dari 3 orang tersebut ternyata hanya 1 yang berobat secara teratur.
Alasan mengapa pasien tidak berobat secara teratur adalah bahwa yang tidak terdiagnosis adalah sebesar 91,2% hipertensi.
Sementara yang terdiagnosis hanya 8,8% dan hanya 50% yang minum obat secara teratur.
Tentunya ini menjadi tantangan pemerintah dalam penanggulangan hipertensi dengan komplikasinya.
Pasien yang tidak berobat secara teratur diakibatkan karena merasa jika dirinya sehat dimana tidak menunjukkan gejala.
Akan tetapi pada saat dilakukan pemeriksaan ternyata tekanan daranya tinggi.
Baca juga: Kenali Penyebab Timbulnya Keriput, Simak Penjelasan Dokter Spesialis Kulit, dr. Desidera Husadani

Baca juga: Selain Rutin Menggunakan Basic Skincare, Eksfoliasi Berperan Penting untuk Mendapatkan Kulit Glowing
Penjelasan PLT. Direktur P2PTM, dr. Elvieda Sariwati M.Epid dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Kementerian Kesehatan RI edisi 12 Mei 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.