TRIBUNHEALTH.COM - Kolesterol adalah suatu komponen tipe sterol atau lemak yang bisa ditemukan di kebanyakan jaringan tubuh.
Kolesterol dan turunannya ialah komponen penting dari membrane sel dan merupakan prekursor dari komponen-komponen steroid.
Perlu menjadi informasi bahwa peningkatan salah satu jenis kolesterol yakni low-density lipoprotein (LDL) dikaitkan dengan naiknya risiko penyakit jantung koroner.
Pada saat seseorang mengidap kolesterol tinggi, maka deposit lemak akan tertimbun dalam pembuluh darah.
Deposit ini tentu akan menyebabkan obstruksi.
Akibatnya aliran darah menjadi tidak lancar sehingga pasokan darah ke jantung berkurang.
Baca juga: dr. Febriyanto Kurniawan, Sp. B (K) Onk: Kanker Payudara Tak Sama Artinya dengan Kehilangan Payudara

Hal ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin, Metabolik dan Diabetes, dr. Indra Wijaya yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube KOMPASTV program Ayo Sehat edisi 07 Mei 2022.
Baca juga: Menurut dr. Satya Perdana Faktor Genetik Sangat Memengaruhi Warna Bibir
Kondisi ini meningkatkan risiko serangan jantung.
Pasokan darah yang kurang ke otak akan mengakibatkan stroke.
Kolesterol yang tinggi bisa menyebabkan akumulasi kolesterol berbahaya dan endapan lain di dinding arteri atau aterosklerosis.
Penumpukkan tersebut yang berupa plak bisa menghambat aliran darah melalui arteri dan menyebabkan komplikasi seperti sakit dada, serangan jantung, dan stroke.
Selain kita tahu jika kolesterol berbahaya, dengan menjaga pola hidup sehat seperti menjadi pola makan rendah lemak, olahraga rutin yang teratur kurang lebih 30 menit per hari dan konsumsi obat jika diperlukan dapat membantu seseorang terhindar dari peningkatan kolesterol yang lebih parah.
Obat yang di konsumsi harus sesuai dengan indikasi dokter.
Baca juga: Merasakan Nyeri saat Dilakukan Penarikan Kawat Gigi? Begini Penjelasan drg. Ardiansyah S. Pawinru

Baca juga: Sakit Kepala dan Mata Tegang Bisa Jadi Tanda Seseorang Perlu Kacamata, Segera Konsultasi Dokter
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin, Metabolik dan Diabetes, dr. Indra Wijaya menyarankan agar pasien melakukan konsultasi ke dokter apakah memang obat tersebut diperlukan seterusnya atau hanya sementara.
"Karena kan belum tentu obatnya seterusnya," ucap Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin, Metabolik dan Diabetes, dr. Indra Wijaya.
"Pasien-pasien mungkin yang nggak sempet olahraga, sibuk atau malas biasanya dokter punya kiat-kiatnya dimana tidak selalu tergantung dengan obat. Tetapi jika memang diperlukan dengan obat tentu dokter akan memberikan," sambungnya.
Mindset atau stigma yang beredar di masyarakat saat ini adalah seseorang yang mengidap kolesterol tinggi pasti orang dengan berat badan berlebih atau obesitas.
dr. Indra Wijaya tegaskan jika anggapan ini belum tentu.
"Jadi banyak pasien-pasien saya yang kurus itu kolesterolnya tinggi-tinggi, bahkan yang gemuk-gemuk malah normal," tuturnya.
Jadi metabolisme atau berat badan itu tidak selalu berkorelasi dengan tingginya kolesterol.
Menurutnya, kolesterol tinggi juga bisa terjadi pada orang-orang yang berbadan kurus.
Baca juga: Diabetes Bisa Sebabkan Lingkaran Hitam di Area Mata, Kulit Jadi Tampak Kendur dan Bengkak

"Maka dari itu banyak pasien saya yang serangan jantung atau jadi stroke itu komplikasi kolesterol karena dia merasa tidak gemuk dan tidak perlu cek darah," imbuhnya.
"Ternyata pada saat kejadian stroke atau jantung, pas di cek darah tinggi sekali (kolesterol)," ungkapnya.
"Jadi saran saya mau Anda kurus atau gemuk tetap lakukan medical check up," tambahnya.
Baca juga: Punya Double Chin Akibat Kelebihan Berat Badan, Berikut Kemungkinan Terburuk terhadap Kesehatan
Penjelasan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin, Metabolik dan Diabetes, dr. Indra Wijaya dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube KOMPASTV program Ayo Sehat edisi 07 Mei 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.