Breaking News:

dr. Rogatianus Jelaskan Penyebab Mudah Hancurnya Sel Darah Penderita Thalasemia

Thalasemia merupakan kelainan yang terjadi pada sel darah merah. Seseorang dengan thalasemia pasti mengalami anemia atau kekurangan sel darah merah.

Penulis: Putri Pramestianggraini | Editor: Ekarista Rahmawati
tribunnewswiki.com
ilustrasi sel darah merah penderita thalasemia 

TRIBUNHEALTH.COM - Seseorang yang mengalami thalasemi dikarenakan kekurangan hemoglobin (Hb) di sel darah merah.

Jika seseorang mengalami thalasemia, maka pasien tersebut akan mengalami kekurangan darah atau biasa dikenal dengan anemia.

Thalasemi adalah penyakit yang diturunkan atau herediter, bukan karena genetik atau bawaan.

Penyakit ini diturunkan oleh orangtua yang menderita thalasemia.

Setiap pasien thalasemia, pasti orangtuaya juga menderita thalasemia.

Baik thalasemia mayor, atau hanya sebagai pembawa.

Tubuh kita memiliki sel darah merah atau hemoglobin.

ilustrasi sel darah merah penderita thalasemia
ilustrasi sel darah merah penderita thalasemia (tribunnewswiki.com)

Baca juga: Hindari Kebiasaan Duduk Sedikit Membungkuk Agar Terhindar dari Saraf Kejepit

Pada orang normal, hemoglobin terspikulasi tentu saja berbeda dengan penderita thalasemia yang biasa disebut teler.

Ketidakmampuan dari hemoglobin yang mempertahankan diri sesuai dengan usianya, sehingga sel darah merah mudah hancur.

Sel darah merah mudah hancur karena yang membedakan adalah pada pasien thalasemia, sel darah merah sangat rapuh.

2 dari 3 halaman

Apabila penderita thalasemia kekurangan salah satu rantai dari hemoglobinnya, sehingga mudah pecah jadi usiannya tidak sama seperti orang lain.

Secara umum jenis thalasemi ada 2, berdasarkan etiologi atau penyebabnya.

Jika hemoglobin kekurangan rantai alfa, beta, atau gama dan rantai yang lain tergantung dnegan penyebabnya.

Baca juga: PPDGS Bedah Mulut dan Maksilofasial Gelar Raker di Malino

Berdasarkan penyebabnya secara umum, yang paling banyak ialah thalasemia beta, thalasemia alfa.

Pemerikasaan pada penyakit thalasemia ini harus dilakukan secara genetik atau pemeriksaan kromosom.

Kedua, jenis thalasemi berdasarkan klinis yaitu keseringan.

Seberapa sering penderita thalasemi menjalani transfusi darah.

Apabila sering menjalani transfusi darah, maka disebut dengan thalasemia mayor.

Untuk yang jarang melakukan transfusi darah disebut dengan thalasemia intermedia.

Baca juga: Penyebab Terjadinya Gingivitis, Dokter Kaitkan Kebiasaan Merokok hingga Penyakit Diabetes

Yang mungkin tidak melakukan transfusi sama sekali biasa disebut dengan thalasemia minor.

3 dari 3 halaman

Jika thalasemia mayor, secara genetik timbul di usia-usia awal atau usia bayi 3-4 bulan.

Secara statistik memang umumnya terdeteksi sekitar dibawah umur 10 tahun, rata-rata sekitar umur 4-5 tahun akan terdeteksi.

Tanda-tanda penyakit thalasemia secara umum ialah terlihat pucat.

Apabila pucat sudah berlangsung lama, akhirnya tubuh akan mencari jalan lain untuk memproduksi sel darah merah.

Organ lain yang akan bekerja keras adalah telinga.

Oleh karena itu, organ limpa akan membesar.

Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Lampung News Video, bersama dengan dr. Rogatianus Bagus Pratigno, S.Ked., M.Kes., Sp.A (K). Seorang dokter RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Rabu (20/12/2020)]

(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comThalasemiaPenyebab thalasemiaSel darah merahJenis Thalasemiadr. Rogatianus Bagus Pratignyo
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved