TRIBUNHEALTH.COM - Obsessive Compulsive Disorder atau OCD merupakan bagian dari gangguan mental.
Kondisi ini ditandai dengan gejala obsesi dan kompulsi pada suatu hal.
Penderita OCD memiliki obsesi untuk memikirkan sesuatu hal secara berulangan, memikirkan sesuatu yang melelahkan dan tidak diinginkan.
Selain itu, penderita OCD juga melakukan suatu tindakan kompulsi, yaitu melakukan tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang.
Dilansir TribunHealth.com, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ memberikan penjelasan dalam tayangan YouTube Kompas Tv program Ayo Sehat.
Menurut dr. Zulvia, OCD ini belum diketahui penyebab pastinya, namun ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya OCD pada seseorang.
Salah satunya adalah muncul stressor pada penderita OCD.
Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres pada orang tersebut.
Baca juga: dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ Jelaskan Mengenai OCD, Obsessive Compulsive Disorder dan Tipenya

Stressor ini berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial.
dr. Zulvia memaparkan, OCD dapat muncul pada usia 10 tahun hingga 24 tahun, dari SD atau SMP sudah bisa muncul dari gejala OCD tersebut.
Kondisi ini sangat mengganggu aktivitas bagi penderitanya.
Ketika stressor tersebut muncul saat dewasa, dapat membuat kondisi penderitanya semakin berat.
Faktor Risiko
dr. Zulvia menyebutkan terdapat beberapa faktor risiko pada OCD atau Obsessive Compulsive Disorder.
Menurut penelitian, faktor risiko yang berasal dari faktor biologis ialah adanya ketidakseimbangan Neurotransmitter di otak.
"Itulah kenapa orang OCD diberikan obat, obat tersebut untuk menyeimbangkan neurotransmitter ini," papar dr. Zulvia.
Faktor risiko selanjutnya adalah faktor genetik, faktor pola asuh, perkembangan anak bagaimana orangtua mencontohkan perilaku pada anak, dan faktor stressor sosial.
Penanganan
dr. Zulvia menjelaskan penanganan yang dapat dilakukan pada penderita OCD.
Menurutnya, penangan pada penderita OCD harus komprehensif atau menyeluruh.
Penanganan pada OCD akan diberikan obat, obat tersebut diperlukan karena untuk menyeimbangkan neurotransmitter di otak yang menyebabkan adanya obesis dan kompulsi.
Baca juga: Begini Cara Mengurangi Risiko Gangguan Mental Menurut Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi.

Penanganan yang kedua adalah psikoterapi yang merupakan suatu jenis terapi, dimana penderita akan dibantu oleh terapis untuk mengatasi obsesi dan kompulsi.
Salah satu jenis dari terapi tersebut adalah CBT atau terapi perilaku kognitif.
Misalnya penderita OCD ketika memegang benda A, ia harus cuci tangan 10 kali. Pada terapi tersebut akan diajarkan ketika memegang benda A cuci tangan cukup 8 kali saja.
Kemudian hal tersebut diajarkan secara bertahap hingga berkurang kebiasaanya tersebut.
"Jadi dari yang paling ringan hingga yang paling berat bisa diatasi gejalanya," jelas dr. Zulvia.
Penjelasan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ dalam tayangan YouTube Kompas Tv program Ayo Sehat pada 04 Februari 2022.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/IR)