TRIBUNHEALTH.COM - Penelitian terus memperdalam pemahaman tentang bagaimana gaya hidup tertentu dapat memengaruhi risiko terkena kanker.
Salah satu penemuan yang paling mengejutkan adalah bahwa sayuran 'non-tepung' yang diawetkan dapat meningkatkan risiko terkena kanker perut.
Demikian penilaian analisis komprehensif yang dilakukan oleh lembaga amal kanker World Cancer Research Fund (WCRF), dilansir TribunHealth.com dari Express.co.uk, Senin (24/1/2022).
Pengawetan makanan dapat didefinisikan sebagai proses memperlakukan dan menangani makanan sedemikian rupa untuk menghentikan atau sangat memperlambat pembusukan, serta mencegah penyakit bawaan makanan sambil mempertahankan nilai gizi, tekstur, dan rasa.
Untuk memaksimalkan umur panjang makanan, makanan sering diasinkan dan diasamkan.
Baca juga: Waspada, Kanker Tulang Bisa Menyerang Tulang Lengan, Tungkai Kaki Hingga Panggul
Baca juga: Tak Hanya Wanita Saja, Laki-laki Juga Bisa Mengalami Kanker Payudara, dr. Agus Ungkap Pengobatannya
Prosesinilah yang dianggap mendorong perkembangan kanker perut.
Menurut WCRF, penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa kadar garam yang tinggi mengubah viskositas lendir yang melindungi perut dan meningkatkan pembentukan senyawa N-nitroso.
"Selain itu, asupan garam yang tinggi dapat merangsang kolonisasi H. pylori, faktor risiko terkuat yang diketahui untuk kanker perut," badan amal kanker itu memperingatkan.
"Akhirnya, pada model hewan, kadar garam yang tinggi telah terbukti bertanggung jawab atas kerusakan sel utama yang menyebabkan perkembangan kanker perut."
Dalam kesimpulan badan amal itu, disebutkan bahwa ada "bukti kuat" bahwa makanan yang diawetkan dengan pengasinan (termasuk sayuran non-tepung yang diawetkan) meningkatkan risiko kanker perut.
Apa yang dianggap sebagai sayuran non-tepung?
Sayuran dapat dipisahkan menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kandungan pati masing-masing.
Contoh sayuran non-tepung meliputi:
- Wortel, bit, parsnip, lobak serta sayuran berdaun hijau (seperti bayam dan selada)
- Sayuran silangan (keluarga kubis, misalnya, bok choy [pak choy], brokoli, kubis, dan selada air)
- Sayuran allium (seperti bawang merah, bawang putih dan daun bawang).
Sementara sayuran bertepung seperti kentang, ubi jalar (ubi), singkong (ubi kayu), sagu ubi, dan talas.
Sayur jenis ini mengandung kadar karbohidrat yang lebih tinggi daripada sayuran non-tepung.
Banyak bukti menggambarkan risiko yang terkait dengan pengasinan dan pengawetan makanan.
Sebuah studi penting yang diterbitkan dalam British Journal of Cancer menemukan bahwa orang yang makan makanan asin secara teratur melipatgandakan risiko kanker perut.
Baca juga: Berikut Ini Buah dan Sayur yang Baik untuk Penderita Diabetes, Pilih yang Rendah Indeks Glikemik
Baca juga: Sederet Hal Ini Dapat Mencegah Risiko Hipertensi, Termasuk Rajin Konsumsi Sayur dan Buah
Penelitian tersebut mengamati sekitar 40.000 orang Jepang paruh baya.
Ilmuwan kemudian meneliti kebiasaan makan, minum, dan merokok mereka selama periode 11 tahun.
Studi menunjukkan bahwa risiko kanker perut untuk pria Jepang dengan asupan garam terendah adalah satu dari 1.000 per tahun.
Ini dua kali lipat menjadi satu dari 500 di antara mereka yang memiliki asupan garam tertinggi.
Gejala utama kanker perut
Baca juga: Gejala Umum Penyakit Hati, Kulit Menguning hingga Perut Membesar
Baca juga: Penyakit Hati Berlemak Bisa Dihentikan pada Tahap Awal, Kenali Gejala Nyeri di Area Perut Kanan
Ada banyak kemungkinan gejala kanker perut, tetapi mungkin sulit dikenali.
Menurut NHS, penyakit ini dapat memengaruhi pencernaan, seperti:
- Nyeri ulu hati atau refluks asam
- Mengalami masalah menelan (disfagia)
- Merasa atau sedang sakit
- Gejala gangguan pencernaan, seperti banyak bersendawa
- Merasa sangat cepat kenyang saat makan.
Gejala lain termasuk:
- Kehilangan nafsu makan atau kehilangan berat badan tanpa berusaha
- Benjolan di bagian atas perut
- Sakit di bagian atas perut
- Merasa lelah atau tidak memiliki energi.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)