TRIBUNHEALTH.COM - Psikolog Keluarga dan Pendidikan Anak, Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. menjelaskan pengaruh pola asuh terhadap tingkat sensitif anak dalam menghadapi masalah.
Pola asuh yang diberikan pada anak sangat bervariasi.
Setiap orang tua berbeda-beda dalam memberikan interaksi pada anak mereka.
Baca juga: Body Shaming Kerap Terjadi pada Perempuan, Psikolog Sebut Faktor Penyebabnya
Ada yang sedikit, namun ada pula yang memberikan pola interaksi yang penuh kepada sang anak.
Semakin banyak interaksi yang diberikan, maka anak akan memiliki kepribadian yang kuat.
"Ketika ada hinaan atau cacian, barangkali anak akan biasa-biasa saja," ucap Adib dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth, Jumat (9/12/2021).

Namun terkadang, bila seseorang tidak terbiasa dengan tekanan (sering dimanja), maka akan mudah tersinggung atau baper.
Hal ini pun juga berhubungan erat dengan perilaku body shaming.
Baca juga: Bagaimana Cara Orangtua untuk Dapat Mengontrol Emosi Anak? Simak Ulasan Praktisi Parenting
Baik sebagai seseorang yang bertindak sebagai pelaku maupun korban.
"Pelaku atau korban body shaming sangat dipengaruhi oleh pola asuh orangtua," jelasnya.
Edukasi Body Shaming
Orang yang dianggap paling berperan dalam memberikan edukasi ini, ialah orangtua.
"Orangtua sangat penting. Jangan sampai cuek juga, (terutama) ketika anaknya sudah menginjak usia kelas 6 SD," ucap Adib.

Menurutnya, orangtua kadang kala bersikap cuek terhadap perilaku yang dilakukan anak mereka.
Sikap orangtua yang terlalu cuek tersebut bisa membuat anak menjadi korban.
Maka dibutuhkan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak.
Baca juga: dr. Aditya, M. Biomed: Remaja yang Sedang Menjalankan Program Diet Kerap Mengalami Asam Lambung
Sehingga ketika anak mendapatkan tekanan dari lingkungan (bullying), anak sudah kuat secara mental.
"Jadi anak nggak mudah baper (terbawa perasaan)," ujar Adib.

Oleh karena itu, orangtua dianjurkan untuk memberikan contoh yang baik.
Selain orangtua, guru juga berperan dalam memberikan edukasi kepada para usia remaja.
Tidak jauh berbeda dengan orangtua, edukasi diberikan untuk membangun para remaja memiliki mental yang kuat.
Baca juga: Tenaga Pendidik Perlu Melatih Mental Remaja untuk Menghentikan Body Shaming di Lingkungan Sekolah
Penjelasan Psikolog Keluarga dan Pendidikan Anak, Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth, Jumat (9/12/2021).
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)