TRIBUNHEALTH.COM - Ketika virus masuk ke dalam tubuh manusia, virus akan menempel pada sel inangnya.
Kemudian virus akan menguasai dan merusak sel tersebut.
Namun proses ini dapat dilawan oleh sistem kekebalan tubuh, jika tubuh memiliki imun yang baik.
Setiap virus memiliki informasi genetik berupa huruf-huruf.
Agar bisa bertahan, virus pun berkembang biak dengan merefrikasi diri.
Virus membuat salinan dari informasi genetik tersebut.
Saat merefrikasi diri, kesalahan dalam salinan pun dapat terjadi secara acak.

Baca juga: dr. Dyana Theresia Watania, Sp.M Sebut Blue Light pada Gadget Bisa Membuat Tidur Tidak Berkualitas
Kesalahan tersebut dapat berupa penambahan, pengurangan, dan pergantian huruf.
Kejadian inilah yang disebut dengan mutasi.
Mutasi dari virus dapat menghasilkan varian baru yang bisa saja jauh lebih menular dan berbahaya dari varian sebelumnya.
Sekitar 40% vaksin membuat virus mati dan sekitar 30% membuat virus melemah, dan sekitar 20% membuat virus tidak berubah seperti sebelumnya.
Sekitar 45% saja dari mutasi-mutasi yang terjadi yang menyebabkan virus semakin vit atau aktif.
Tetapi harus diingat bahwa 45% tersebut adalah yang terpilih atau istilah lainnya hasil seleksi.
Baca juga: Berbagai Jenis Infeksi Menular Seksual, Bisa Terjadi Akibat Hubungan Seksual yang Tak Aman
Sejumlah 45% tersebut ditambah lagi dengan 20% yang tidak berubah apa-apa dan jika ada kesempatan, virus tersebut akan menyebar dan menginfeksi sel-sel baru.
Saat ini Covid-19 telah banyak bermutasi, bahkan WHO telah mengklasifikasikan 4 diantaranya termasuk dalam varian yang berbahaya.
Beberapa jenis mutasi virus Covid-19 yakni:
- Varian Alpha B.1.1.7
- Varian Beta B.1.351
- Varian Delta B.1.617.2
- Varian Gamma P.1
Baca juga: Simak Aturan Penggunaan Gadget pada Anak yang Perlu Diterapkan menurut dr. Dedi Purnomo, Sp.M
Vaksin mampu memberikan efikasi sekitar 10-20% efikasi dari beberapa jenis vaksin, tidak hanya satu jenis vaksin saja.
Tetapi walaupun turun 10-20%, penurunan tersebut belum sampai dibawah angka 50%.
Arahan WHO juga menyebutkan, selama vaksin masih memiliki efikasi diatas 50% maka vaksin masih bisa digunakan untuk pencegahan.
Selama pandemi masih ada, selama itu pila virus akan merefrikasikan diri.
Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menghentikan varian baru adalah dengan menghentikan perkembangan virus itu sendiri.
Gampangnya adalah dengan menerapkan protokol kesehatan.
Baca juga: Meski Lepas Pasang, Bolehkah Invasilign Digunakan saat Tidur? Ini Jawaban drg. Anastasia Ririen
Yang menjadi masalah saat ini adalah vaksinasi yang dilakukan masih belum cukup masif.
Sehingga masih jauh dari target herd immunity yang ingin dicapai.
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV, bersama dengan Amin Soebandrio. Kepala lembaga EIJKMAN. Kamis (8/7/2021)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)