TRIBUNHEALTH.COM - Ada anggapan air dingin tak boleh dikonsumsi selama olahraga.
Pasalnya langkah itu diyakini bisa merusak jantung.
Namun, apakah anggapan ini dibenarkan dalam medis?
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr. Ayuthia Sedyawan Ardhana, memberikan penjelasan ketika menjadi narasumber program Ayo Sehat Kompas TV.
Menurutnya, hal ini hanya mitos semata.
Dia menegaskan, yang terpenting selama olahraga adalah rehidrasi.
"Sebenarnya olahraga itu yang paling penting adalah rehidrasi. Jadi jangan lupa setiap 15 menit sebaiknya minum," katanya, dikutip TribunHealth.com.
Baca juga: Gaya Hidup Merupakan Salah Satu Faktor Resiko Kematian Mendadak Akibat Serangan Jantung
Baca juga: Stres Terus Menerus Bisa Sebabkan Tekanan Darah Tinggi, Berisiko Stroke hingga Serangan Jantung

"Apakah air dingin ini merusak jantung? Tidak. Kita yang penting minum," lanjutnya.
Memang air dingin terasa lebih segar saat dikonsumsi setelah olahraga.
"Biasanya kalau olahraga lebih senang pakai air dingin, karena tubuh kita kan panas ya saat olahraga. Kalau minum air dingin lebih segar."
"Tapi tidak terpengaruh mau air dingin, air suam-suam kuku, air panas, boleh. Yang penting minum, yang penting rehidrasi," paparnya.
Lebih lanjut, dr. Ayuthia menjelaskan mengapa serangan jantung bisa terjadi pada orang yang sedang berolahraga.
"Di sini peran jantung harus memompakan darah lebih besar dari pada saat istirahat," papar dr Ayuthia, dikutip TribunHealth.com dari tayangan Ayo Sehat Kompas TV edisi Rabu (2/6/2021).
Baca juga: Tips NHS Cegah Terjadinya Kanker Paru-paru, Olahraga Rutin dan Segera Berhenti Merokok
Baca juga: Tips Atasi Panic Attack, Lakukan Olahraga dan Jangan Larut dalam Masa Lalu

Karena hal itulah lambat laun performa jantung menjadi meningkat.
"Sirkulasi darah menjadi lancar, dan yang paling penting salah satunya adalah kita memicu terjadinya pembuatan pembuluh-pembuluh darah baru.
"Jadi jantung ini memang bekerja lebih berat dengan meningkatkan detak jantung," tandasnya.
Untuk itu, perlu diketahui detak jantung rata-rata pada manusia.
Secara umum, orang dewasa memiliki detak jantung 60-100 kali per menit.
"Namun angka ini memang sangat bergantung pada berbagai faktor," dr Ayuthia memberi catatan.
Sebagai contoh, seorang atlet yang memang memiliki kebugaran tubuh yang baik.
Kondisi mereka akan berbeda, di mana detak jantungnya hanya 40-50 kali per menit.

"Dan ini masih normal," tandasnya.
"Jadi 60-100 ini secara garis besar."
Ketika olahraga, detak jantung normal bisa dihitung dengan rumus 220 dikurangi usia.
"Itu adalah maksimum dari detak jantung yang dapat dilewati jantung kita."
Karenanya, dokter merekomendasikan untuk berolahraga dengan intensitas ringan sampai sedang.
"Itu sekitar 50 persen dari maximum heart rate sampai 80 persen. Itu sudah cukup."
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)