TRIBUNHEALTH.COM - Psikolog Anak, Ike R. Sugianto, jelaskan terapi musik bisa digunakan untuk terapi kecemasan.
Hal itu dia sampaikan ketika menjadi narasumber dalam program Ayo Sehat Kompas TV.
Ike R. Sugianto menyebut terapi musik bisa membuat orang menjadi tenang.
Pasalnya, musik sendiri bisa menyentuh perasaan.
"Karena musik itu bisa menyentuh perasaan," katanya, dikutip TribunHealth.com.
"Jadi musik juga bisa membuat kita menjadi lebih rileks, dan meredakan ketegangan yang ada," tandasnya.
Baca juga: Gangguan Cemas Bisa Berkembang Jadi Agoraphobia, Takut terhadap Situasu yang Picu Kepanikan
Baca juga: Dokter Benarkan Pandemi Covid-19 Picu Kecemasan Berlebih, Bisa Jadi Gangguan Mental?

Dengan demikian, yang bersangkutan bisa membuat keputusan lebih baik.
Hal semacam ini sulit dilakukan ketika dalam keadaan stress.
"Karena ketika seseorang berada dalam kondisi stres, otaknya lebih banyak dibajak dalam bentuk fight or flight sehingga tidak bisa berfikir jernih dan mengambil keputusan yang jernih dan problem solving yang baik," jelas Ike R. Sugianto.
"Jadi musik ini membantu sekali untuk meredakan kecemasan," tandasnya.
Terapi musik sendiri adalah suatu terapi yang dilakukan oleh profesional dengan media musik.
Penjelasan itu disampaikan oleh Terapis Musik, Dian Natalina, yang juga menjadi narasumber dalam program yang ditayangkan pada Selasa (22/6/2021) itu.
Terapi musik tidak bisa sembarangan dilakukan, melainkan ada prosedur yang harus dilalui.
Baca juga: Sampai Tahap Mana Kecemasan Masih Bisa Dianggap Wajar? Simak Penjelasan Dokter Berikut Ini
Baca juga: Dokter: Tidak Salah Berkonsultasi jika Gangguan Kecemasan Mengganggu Performance dan Aktivitas

Secara umum, prosedur terapi musik meliputi 4 tahap, yakni assesmen dan observasi, rencana terapi, evaluasi, dan hasil akhir.
"Pertama pasti kita akan menjadi assessment dan observasi terhadap si kliennya," jelas Dian Natalina, dikutip TribunHealth.com.
Pada proses tersebut, terapis akan melihat latar belakang dan kebutuhan klien.
Pada tahap ini, biasanya dibutuhkan keterlibatan dokter atau psikolog.
"Jadi nanti psikolog yang memberikan saran kepada pasien, harus terapi apa."
"Karena selama ini yang saya terima mereka akan bilang ini soalnya disarankan sama psikolog untuk ikut terapi musik," papar Dian Natalina.
"Karena itu kan detail ya untuk asesmen, apalagi anak yang berkebutuhan khusus. Mereka perlunya apa?" tandasnya sekali lagi.
Jika sudah mendapat gambaran mengenai klien, terapis akan membuat rencana terapi untuk mencapai goal tertentu.

"Terapisnya bikin therapy plan atau rencana terapi, seperti apa nih."
"Mungkin bermain musik apa instrumennya apa, pianika, gitar, drum," contohnya.
Begitu pula ketika klien tidak bisa memegang alat musik.
Maka terapis akan menyesuaikan rencana agar anak tetap bisa mengikuti sesuai dengan kemampuannya.
"Jadi dia cuma bisa nyanyi gitu, mengikuti ritmik pasti bisa semua."
"Biasanya banyak yang pada humming gitu."
Langkah berikutnya adalah dilakukan evaluasi.
"Jadi kita buat laporan tiap bulan, nanti mereka sih orang tuanya biasanya bawa ke psikologi atau ke dokternya."
"Baru nanti dilihat ada proses nggak sih, atau mereka perlu terapi yang lain juga untuk mendukung."
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)