TRIBUNHEALTH.COM - Ada sebagian pria yang mengalami pembesaran prostat.
Penyebab dari pembesaran prostat adalah akibat dari aktivitas seksual pria yang sangat jarang.
Sehingga cairan ejakulat atau kelenjar prostatnya tertimbun di dalam kelenjar prostat.
Dilansir oleh Tribunhealth.com hal ini dijelaskan Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS dalam tayangan YouTube Tribunnews.com program Edukasi Seksual terkait penyebab pembesaran prostat.
Baca juga: Dok, Apakah Terjadi Pendarahan saat Berhubungan Seks Dapat Membahayakan Kesehatan?
Baca juga: Benarkah Berhubungan Seks saat Hamil Bisa Menyakiti Janin, Dok?
Kondisi ini sama seperti proses tertimbunnya ASI pada wanita.
Kita ketahui, bahwa ASI wanita yang tidak pernah memberikan ASInya kepada anaknya, maka risiko kejadian kanker payudara lebih tinggi dibandingkan ibu yang menyusui.
Hal ini juga sama seperti kelenjar prostat.

Teori tersebut sama dan sudah dibuktikan.
Kemudian adanya mutasi genetik, virus, bahan kimia, dan adanya faktor kelainan jaringan.
Inilah penyebab-penyebab terjadinya pembesaran prostat.
Biasanya penderita gangguan prostat berobat ke dokter bedah spesialis urologi.
Dari diskusi dengan dokter bedah urologi, dr. Binsar mendapatkan bahwa ternyata pada bidang urologi didapatkan 2 pendapat.
Pendapat pertama, jika sudah mulai gejala keluhan kencing yang bermasalah, tetapi PSA (Prostate Specific Antigen) belum sampai 1.000 tidak perlu diobati.
Kemudian pendapat kedua, walaupun PSAnya dibawah 1.000 tetapi sudah ada keluhan klinis tidak masalah jika diberikan obat.
Berapa banyak kelenjar prostat bisa diukur dengan pemeriksaan PSA.
Baca juga: Dokter Ajarkan Mengatur Pola Makan Anak untuk Menghindarkan Anak Konsumsi Jajanan Tidak Sehat
Baca juga: Perlu Diketahui, Makanan Santan dan Berlemak Memicu Tingginya Kadar Kolesterol
Sehingga ada 2 pendapat yang tidak saling mendukung.
Kita ketahui efek dari obat prostat adalah gangguan ereksi dan ejakulasi.
Begitu diberikan pada pria yang memiliki problem prostat, maka yang pasti terjadi adalah terganggunya ereksi.
Ejakulasi juga akan terganggu.
Penjelasan Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews.com program Edukasi Seksual edisi 17 Desember 2020.
(Tribunhealth.com/Dhiyanti)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.