TRIBUNHEALTH.COM - Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Kemenkes RI, DR. Dr. Vivi Setiawaty, M.Biomed, membenarkan kemampuan penularan virus corona varian delta jauh lebih besar.
Hal itu dia paparkan ketika menjadi narasumber program Ayo Sehat Kompas TV edisi Jumat (25/6/2021).
Tak tanggung-tanggung, kemampuan transmisi virus corona varian delta meningkat hingga 97 persen.
Angka tersebut didapat dari hasil berbagai penelitian yang telah dilakukan.
"Sebetulnya kalau dari jurnal yang kami dapat dan juga dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh survailans, kita mengetahui bahwa varian delta ini memang kemampuan transmisinya itu meningkat sampai 97 persen," paparnya, dikutip TribunHealth.com.

Baca juga: Prof. Tjandra Yoga Aditama Jelaskan 5 Dampak Virus Corona Varian Delta, Simak Penjelasannya
Baca juga: Prof. Wiku Adisasmito Jelaskan Penggunaan Masker yang Mampu Menyaring Partikel Virus Corona
Dengan demikian, kemampuan transmisi varian delta lebih tinggi dibanding varian alpha dan beta.
Namun, hingga saat ini belum ada publikasi resmi yang menyebut naiknya angka positif Covid-19 diakibatkan oleh varian delta.
"Tetapi sampai saat ini belum ada publikasi yang melaporkan ataupun menginformasikan bahwa virus ini menyebabkan tingkat keparahan yang lebih tinggi," tambahnya.
DR. Dr. Vivi Setiawaty, M.Biomed menekankan pentingnya melakukan pembatasan mobilitas.
Dalam kesempatan tersebut, dia sendiri tak menampik virus delta kemungkinan menyebar hingga ke Indonesia karena mobilitas warga.

Baca juga: Dokter Berpesan Kita Harus Tetap Waspada terhadap Paparan Virus Corona Varian Baru
Baca juga: Apakah Dicurigai Corona Jika Memiliki Keluhan Sesak, Batuk, dan Demam bagi Pasien Riwayat TBC?
Sebagai informasi, 3 varian baru Covid-19 sudah masuk ke Indonesia.
Ketiganya adalah varian alpha, beta, dan delta.
Varian alpha merupakan mutasi virus yang pertama kali ditemukan di Inggris.
Varian beta, pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.
Sementara Delta adalah mutasi virus yang pertama kali ditemukan di India.
Baca artikel lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)