TRIBUNHEALTH.COM - Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Ayuthia Sedyawan Ardhana, menjelaskan olahraga tak berbahaya.
Penjelasan itu ia sampaikan dalam program Ayo Sehat Kompas TV edisi Rabu (2/6/2021) ketika membahas serangan jantung saat berolahraga.
Dikutip TribunHealth.com, dr Ayuthia menjelaskan yang penting harus mengetahui kondisi tubuh sendiri.
"Satu. Sebenarnya kita ini dalam risiko apa sih?"
"Jangan-jangan kita memiliki faktor-faktor risiko yang dapat menjadikan kita mempunyai penyumbatan pada pembuluh darah," paparnya.
Kedua, penting untuk mengetahui intensitas olahraga yang mampu dilakukan.
Baca juga: Dok, Apakah Benar Minum Air Dingin setelah Olahraga Bisa Merusak Jantung?
Baca juga: Dok, Mengapa Penderita Jantung Koroner Disarankan untuk Memasang Ring Jantung?

"Apakah kita di intensitas ringan, sedang, berat."
Dalam forum tersebut, dia mengatakan olahraga memang membuat kerja jantung menjadi lebih berat.
Sehingga, ketika ada penyumbatan pada area pembuluh darah sirkulasi menjadi tidak maksimal.
Akibatnya otot yang butuh oksigen tak mendapat suplai yang cukup.
"Maka ketika serangan jantung pada olahraga didapati sudah meninggal dunia. Sampai fatal." katanya.
Dalam kesempatan tersebut, dia juga menjelaskan mengapa serangan jantung bisa terjadi saat olahraga.
Baca juga: Dok, Apakah Pembengkakan Jantung dapat Berbahaya dalam Jangka Panjang atau Jangka Pendek?
Baca juga: Langkah Pertolongan Pertama pada Serangan Jantung, Dokter: Pastikan Masih Sadar atau Tidak

"Di sini peran jantung harus memompakan darah lebih besar dari pada saat istirahat," papar dr Ayuthia.
Karena hal itulah lambat laun performa jantung menjadi meningkat.
"Sirkulasi darah menjadi lancar, dan yang paling penting salah satunya adalah kita memicu terjadinya pembuatan pembuluh-pembuluh darah baru.
"Jadi jantung ini memang bekerja lebih berat dengan meningkatkan detak jantung," tandasnya.
Untuk itu, perlu diketahui detak jantung rata-rata pada manusia.
Secara umum, orang dewasa memiliki detak jantung 60-100 kali per menit.
"Namun angka ini memang sangat bergantung pada berbagai faktor," dr Ayuthia memberi catatan.
Baca juga: Saya Tiba-tiba Berdebar saat Berdiri Mendadak, Apakah Jadi Tanda Sakit Jantung Dok?
Baca juga: Dokter Sebut Umumnya Penderita Serangan Jantung Terasa Sesak dan Nyeri Area Dada Sebelah Kiri

Sebagai contoh, seorang atlet yang memang memiliki kebugaran tubuh yang baik.
Kondisi mereka akan berbeda, di mana detak jantungnya hanya 40-50 kali per menit.
"Dan ini masih normal," tandasnya.
"Jadi 60-100 ini secara garis besar."
Ketika olahraga, detak jantung normal bisa dihitung dengan rumus 220 dikurangi usia.
"Itu adalah maksimum dari detak jantung yang dapat dilewati jantung kita."
Karenanya, dokter merekomendasikan untuk berolahraga dengan intensitas ringan sampai sedang.
"Itu sekitar 50 persen dari maximum heart rate sampai 80 persen. Itu sudah cukup."
Baca artikel lain seputar kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)