TRIBUNHEALTH.COM - Gigi sensitif adalah suatu kondisi di mana kita dapat merasakan sensasi rasa ngilu dengan beragam gradasinya akibat terbukanya lapisan kedua gigi yakni dentin.
Secara umum gigi terbagi atas tiga lapisan.
Dilansir oleh Tribunhealth.com penjelasan Dokter Spesialis Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen dalam tayangan YouTube Tribunnews Bogor program Sapa Dokter tentang penyebab gigi sensitif.
Baca juga: Dokter Jelaskan Penyebab Mimisan dan Penanganan yang Tepat
Baca juga: Dokter Jelaskan Jika Kita Butuh Stressor Agar Dapat Berkembang Secara Fisik Maupun Mental
Lapisan pertama enamel, lapisan kedua dentin, dan lapisan ketiga adalah jaringan pulpa.
Ketika lapisan kedua gigi yakni dentin terbuka, maka kita akan mengalami sensasi sensitif.
Gigi sensitif berbeda atau dibedakan dari kondisi lain misalkan gigi tersebut patah.
Hal tersebut etiologisnya berbeda, ciri khasnya juga berbeda.

Gigi mengalami kasus radang pulpa, terutama radang pulpa yang sudah berlanjut sampai ke area profunda termasuk gangguan-gangguan pada gigi terkait jaringan pendukungnya.
Jaringan pendukungnya dan infeksi-infeksi yang melibatkan jaringan pendukungnya.
Hal tersebut tidak masuk dalam kategori gigi sensitif.
Ada beberapa etiologis terkait keluhan tersebut.
Pertama, terjadinya gigi sensitif dentin akibat terjadinya karies gigi yang karenanya hingga membuka area dentin gigi.
Kondisi ini mengakibatkan reaksi sensitif.
Kedua, kondisi keadaan atrisi.
Yakni berkurangnya, terkikisnya permukaan enamel gigi hingga membukanya lapisan kedua gigi pada area pengunyahan daya gigitan depan maupun area gigit kunyah bagian belakang yang dapat berimbas pada kejadian terkikisnya area lapisan pertama gigi sehingga terbuka lapisan kedua gigi yaitu dentin.
Kemudian hal lain lagi adalah kasus abrasi.
Kasus abrasi adalah area kejadian terkikisnya enamel akibat faktor mekanis yang paling sering terjadi adalah karena aktivitas menggosok gigi menggunakan material yang terlalu keras termasuk menggunakan material pasta gigi yang terlampau abrasi sifatnya.
Kondisi ini dapat menyebabkan terkikisnya enamel pada bagian permukaan gigi.
Umumnya terjadi pada area leher gigi yang hingga menyebabkan terbukanya lapisan kedua gigi atau dentin.
Penyebab lainnya adalah kasus abfraksi.
Baca juga: Mau Kulit Tetap Glowing Meskipun di Rumah Aja? Berikut Tips dari Dokter
Baca juga: Begini Penjelasan Dokter Mengatasi Alergi Dingin Tanpa Perlu Menggunakan Obat-obatan
Bagi mereka yang memiliki kebiasaan bruxism atau mengerot yang biasanya dilakukan pada saat tidur.
Lantas yang terjadi adalah pengikisan lapisan enamel yang bisa terjadi pada area terdekat dengan gusi.
Dan terbentuk seperi huruf V dimana cekung hingga membuka lapisan kedua gigi.
Kasus berikutnya adalah erosi.
Erosi sama seperti terkikisnya gigi, namun akibat bahan kimia atau material-material yang sangat asam.

Sehingga menimbulkan proses erosi.
Kemudian yang terakhir adalah kasus resesi gingiva.
Turunya gusi akibat kasus infeksi pada gusi atau gingivitis.
Bisa juga akibat penyikatan yang tidak tepat.
Dimana terlalu keras sehingga dapat melukai gusi.
Baca juga: Apa Itu Cerebral Palsy? Berikut Penjelasan Dokter serta Penyebabnya
Baca juga: Apakah Menunda Buang Air Kecil Menyebabkan Infeksi Saluran Kemih? Berikut Penjelasan Dokter
Hingga margin gingiva atau tepi gusi turun kebawah hingga area pertemuan antara enamel dan cementum.
Daerah tersebut terbuka, sehingga menimbulkan kejadian sensitif.
Sejauh mana grade rasa nyeri dipengaruhi oleh seberapa dalamkah kerusakannya.
Kearah cemento enamel junction.
Ciri khas penderita biasanya giginya tampak lebih panjang.
Karena gusi turun, margin gingiva turun hingga ke batas cemento enamel junction.
Penjelasan Dokter Spesialis Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews Bogor program Sapa Dokter edisi 05 Februari 2021.
(Tribunhealth.com/Dhiyanti)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.