TRIBUNHEALTH.COM - Penyebab hipospadia adalah kelainan kongenital.
Jadi memang bawaan dari bayi itu sendiri.
Dilansir oleh Tribunhealth.com penjelasan Dokter Spesialis Anak, dr. Melisa Anggraeni, M. Biomed, Sp.A yang dalam tayangan YouTube Tribunnews Bogor edisi 13 Maret 2021 tentang hipospadia.
Kelainan hipospadia 90% adalah ringan.
Letak muara uretranya disekitar kepala penis.
Biasanya kelainan ini 90% adalah isolated atau sendirian.
Baca juga: Orang Tua Perlu Tahu Hipospadia, Kelainan Kongenital pada Laki-laki, Simak Penjelasan Dokter Berikut
Baca juga: Ketahui Penyebab Munculnya Warna Hitam pada Gigi Anak, Begini Penjelasan Dokter Gigi
Sehingga rata-rata dikoreksi dengan operasi sekali ada dua kali saja sudah tidak ada komplikasi.
Tapi ada kurang lebih 10% hipospadia ini disertai dengan kelainan yang lain.
Pertama bisa juga disertai dengan adanya kelainan testis yang tidak turun atau buah yang belum turun ke kantongnya.

Kita sebut dengan istilah undesensus testis.
Atau bisa juga disertai dengan adanya kelainan hormonal sejak lahir.
Ada juga yang kita sebut dengan kelainan kongenital adrenal.
Jadi kelainan dari kelenjar adrenalnya.
Atau bisa juga disertai dengan kelainan hormon seksual atau yang dulu disebut dengan istilah ambigus genitalia.
Namun sekarang sudah dikenal dengan istilah Disorder of sex development.
Ada sebuah kelainan hormon seksual disitu.
Ketika memang kelainannya sudah kompleks, jadi hipospadia disertai dengan bentuk genitalianya yang tidak jelas antara perempuan atau laki-laki.
Kemudian disertai juga dengan perkembangan pubertas yang tidak jelas mengarah ke identitas laki-laki atau perempuan.
Dokter harus mengevaluasi lebih detail apakah ini merupakan kelaianan hormon seksual.
Sehingga dokter harus cek hormonnya.
Selain itu, dokter juga harus memeriksa genetik dan karyotypingnya.
Apakah dia perempuan atau laki-laki.
Baca juga: Dokter Spesialis Gigi Ajarkan Cara Mudah Merawat Gigi Anak Agar Terhindar dari Rampan Karies
Baca juga: Mengapa Saya Sering Overthinking dan Cemas Berlebihan? Berikut Jawaban Psikolog
Untuk mendeteksinya tergantung.
Kalau memang single atau hanya hipospadia saja, biasanya memang lebih mudah dideteksi.
Bisa dideteksi pada awal-awal kelahirannya.
Bahkan pada bayi baru lahirpun jika memang fasilitasnya lengkap bisa langsung dideteksi.
Tetapi jika lahirnya di tempat-tempat yang tidak ada fasilitas lengkap dan tidak ada expert opinion disana.
Biasanya pada kasus-kasus yang sulit, apalagi kalau disertai dengan kelainan yang lain.
Dimana lubang dari uretranya tertutup kulit penisnya.
Tekadang ada juga yang baru ketahuan setelah di khitan.
Dan ada juga yang ketahuan saat akan memasuki masa pubertas.
Ada juga saat usia sekolah baru diketahui.
Jadi memang bergantung oleh berat atau ringannya kelainan tersebut.
Serta tergantung seberapa sering orang tua membawa anaknya ke dokter spesialis anak.
Terkadang mungkin karena anak tidak sakit atau tidak ada masalah, orang tua biasanya hanya memeriksakan ke klinik-klinik atau posyandu terdekat yang memang tidak terlalu mengeksplore atau mengevaluasi dari organ genitalianya.
Penjelasan Dokter Spesialis Anak, dr. Melisa Anggraeni, M. Biomed, Sp.A yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews Bogor edisi 13 Maret 2021.
(Tribunhealth.com/Dhiyanti)
Baca berita lain tentang kesehatan ada di sini.