Breaking News:

Tak Selalu Kejang, Gejala Epilepsi Bisa Jadi Hanya Bengong, Simak Penjelasan Dokter Berikut Ini

dr Felix Adrian beri penjelasan gejala epilepsi tak semuanya menunjukkan kejang

Penulis: Ahmad Nur Rosikin | Editor: Melia Istighfaroh
Pixabay
Ilustrasi bengong jadi tanda epilepsi 

TRIBUNHEALTH.COM - Dokter spesialis neurologi, Felix Adrian, berbicara mengenai penyakit epilepsi.

Hal itu ia sampaikan dalam program Ayo Sehat, yang tayang di YouTube Kompas TV pada Minggu (2/5/2021).

dr Felix menjelaskan epilepsi adalah bangkitan yang berulang.

"Jadi dia harus lebih dari satu kali. Dan jarak satu bangkitan dengan bangkitan lainnya lebih dari 24 jam dan tidak ada provokasi," paparnya, sebagaimana dikutip TribunHealth.com.

"Saya bilang bukan kejang ya, saya bilang bangkitan," tegas dr Felix.

Pasalnya tak semua epilepsi tak berbentuk kejang.

Baca juga: Waspadai Gejala Abses Otak atau Penumpukan Nanah yang Dapat Berdampak Pada Mental

Baca juga: Apakah Operasi Saraf Bisa Menyembuhkan Epilepsi Dok?

Ilustrasi bangkitan berulang epilepsi
Ilustrasi bangkitan berulang epilepsi (medan.tribunnews.com)

"Ada saja yang tangannya saja. Lebih umum, kalau kejang lebih spesifik."

"Bangkitan itu ada yang automatism misalnya. Jadi dia mengunyah-ngunyah misalnya, atau dia menggerakkan tangannya."

Contoh lain adalah ketika penderita menunjukkan gejala tatapan kosong atau bengong.

Jelaskan penyebab epilepsi, dr Felix membaginya menjadi dua kelompok, yakni epilepsi saat masih anak-anak dan epilepsi yang terjadi karena penyakit tertentu.

2 dari 2 halaman

Untuk kasus pada anak-anak, salah satu yang berisiko adalah bayi yang lahir dengan prematur.

"Tidak banyak ya. Cuma pada bayi yang prematur, tidak menangis saat dilahirkan, itu memiliki risiko mengalami epilepsi," tandasnya.

Ilustrasi faktor genetik
Ilustrasi faktor genetik (Kompas.com)

Baca juga: Osteogenesis Imperfecta, Kelainan Genetik Sebabkan Tulang Rapuh dan Mudah Patah

Baca juga: Apakah Mimisan Bisa Terjadi karena Faktor Genetik? Simak Penjelasan Dokter

Begitu pula dari segi genetik.

dr Felix mengungkapkan faktor ini tetap berkontribusi, meski tidak terlalu banyak jumlah kasusnya.

Kedua, epilepsi yang terjadi pada usia dewasa akibat penyakit tertentu.

"Misalnya punya tumor di otak, infeksi otak, atau stroke," contohnya.

Penggunaan obat terlarang dan alkohol pun turut menjadi risiko terserang penyakit ini di usia dewasa.

Baca artikel lain seputar kesehatan umum di sini

(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)

Selanjutnya
Tags:
penjelasan dokterdr Felix AdrianKejangEpilepsi
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved