TRIBUNHEALTH.COM - Dokter praktisi kesehatan tidur, Andreas Prasadja, berbicara mengenai sleep apnea dan kaitannya dengan Covid-19.
Hal itu ia sampaikan dalam program Ayo Sehat yang tayang di YouTube Kompas TV pada 1 Maret 2021.
dr Andreas menjelaskan secara umum sleep apnea adalah henti napas ketika tidur.
Kendati demikian, dia menyayangkan kasus ini masih diabaikan di Indonesia.
"Karena gejalanya itu sangat umum," paparnya.
"Gejalanya adalah mendengkur, kedua adalah hipersomnia."
Hipersomnia sendiri adalah kondisi mengantuk berlebihan ketika siang hari.

Baca juga: Tips Mengatur Pola Tidur saat Berpuasa di Bulan Ramadhan
Baca juga: Sering Sakit Perut Saat Mau Tidur, Itu Kenapa ya Dok?
"Masalahnya, di Indonesia orang mendengkur masih dianggap biasa."
dr Andreas juga berbicara mengenai sebuah survei di Finlandia.
Dalam survei tersebut, 29 persen penderita Covid-19 mengalami sleep apnea.
"Dari jurnal Clinical Sleep Medicine juga sudah menyerukan bahwa semua penelitian, semua survei pada pasien Covid-19 harus mempertimbangkan sleep apnea," jelasnya.
Pasalnya, sleep apnea bisa menyebabkan daya tahan tubuh menurun.
Mengapa demikian?
Ketika napas terganggu, tubuh akan terbangun untuk mengambil napas sejenak.
Baca juga: Simak 6 Langkah Mendapatkan Tidur Berkualitas
Baca juga: Dokter Kenapa Kalau Tidur Menghadap Kiri Hidung Mampet Sebelah?

Perlu diperhatikan, penderita hanya bangun tanpa terjaga.
Siklus ini terjadi berulang-ulang sepanjang malam.
Akibatnya, kualitas tidur menjadi buruk.
Hal inilah yang pada akhirnya berdampak pada daya tahan tubuh yang kurang optimal.
"Belum lagi penurunan kadar oksigen yang berulang kali."
"Kerja jantung yang berat, sehingga penelitian yang lain mengatakan bahwa penderita sleep apnea yang berat kalau sampai terkena Covid-19 kemungkinan besar butuh ICU," tandasnya.