TRIBUNHEALTH.COM - Olahraga lari tengah menjadi tren dan banyak digandrungi masyarakat.
Belakangan, bahkan banyak event maraton atau fun run yang diselenggarakan.
Namun, pada dasarnya apakah semua kelompok usia boleh olahraga lari?
Adakah risiko tertentu untuk kesehatan?
TribunHealth.com pernah menanyakan hal ini pada dr. Mustopa, Sp.PD, AIFO-K, FINASIM.
dr. Mustopa merupakan seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam, yang berpraktik di RS Nirmala Suri Sukoharjo.
Baca juga: 9 Penyebab Diabetes pada Orang Usia 20 dan 30 Tahun, Masih Bisa Dicegah
Jawaban dokter
Berikut ini jawaban dr. Mustopa dalam kutipan langsung:
“Jadi, memang kalau dilihat dari usia ya, memang sekarang tuh lari tuh dari segala macam usia banyak yang ngelakuin.
Cuma kita lihat-lihat dulu, kita mulai contoh dari usia paling muda.
Misal usia sekitar 6 tahun atau 7 tahun sampai usia sekitar 16 tahun, 17 tahun.
Nah, banyak yang lari di usia segitu.
Cuma memang kalau usia segitu kita harus lebih waspada juga.
Karena memang pada saat itu kan usia-usia pertumbuhan ya.
Usia pertumbuhan kita edukasi ke pasien yang anak-anak seperti itu larinya ya sesuai dengan kemampuannya.
Jangan sampai lari yang berlebihan sampai kilometernya sampai jauh atau seperti lari maraton atau yang berlebihan yang tidak terlatih dengan baik.
Karena faktor usia yang masih muda berhubungan dengan pertumbuhan tulang juga, pertumbuhan dari otot juga.
Jadi kalau usia muda sebaiknya jangan terlalu jauh larinya, secukupnya.
Nah, nanti ketika sudah memasuki usia sekitar 18 sampai 40 itu kan usia produktif ya.
Itu usia-usia yang memang itu bagus, bagus sekali, usia yang ideal.
Jadi mau lari kencang, lari yang memang rutin atau yang harus dilakukan dengan apa teratur itu enggak masalah dengan usia segitu.
Lalu ada lagi pembagian usia di usia 40 sampai 60.
Ini kan usia paruh baya yang memang bagus tapi memang harus memperhatikan kondisi-kondisi penyerta.
Kadang usia 40 sampai 60 itu kan punya penyakit penyerta ya, misal penyakit jantung, penyakit diabetes, penyakit hipertensi.
Ya, itu harus lebih diperhatikan dalam melakukan olahraga lari sesuai kemampuan.
Nah, kalau usia di atas 60 tahun lansia, nah usia lansia itu memang beberapa masalah sendi ya, yang paling banyak itu usia sendi, osteoporosis.
Nah, itu harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu supaya apa? larinya enggak menyebabkan makin rusak nanti sendi-sendinya ketika usia 60 ke atas.
Karena kan ketika lari itu beban tubuh akan banyak ke lutut ya, lutut ataupun ke pinggang.
Nah, itu sendi-sendi besar dalam tubuh yang akan dia memberikan tekanan di situ.
Nah, untuk yang apa kasus khusus biasanya pasien dengan penyakit jantung yang belum stabil ya seperti gagal jantung.
Nah, atau angina yang tidak stabil itu harus lebih waspada lagi.
Selain itu pada pasien diabetes juga mesti hati-hati karena komplikasinya bisa ke neuropati atau retinopati.
Nah, neuropati itu kadang kan pasien merasa kakinya kesemutan atau kakinya nyeri-nyeri.
Nah, itu harus lebih diperhatikan lagi dan di bawah pengawasan dari dokternya gitu.
Jadi untuk kelompok-kelompok usia yang tadi yang riskan tadi ya, lansia, penyakit jantung, diabetes, itu aktivitas aerobiknya disarankan yang lebih rendah, Mbak.
Seperti jalan cepat atau berenang atau sepeda statis itu lebih dianjurkan.
Kalaupun lari, ya minimal jalan cepat dululah kalau memang tidak terlalu berbahaya gitu, Mbak.”
Profil dr. Mustopa
dr. Mustopa merupakan dokter spesialis penyakit dalam.
Mustopa lahir di Surakarta, 7 Januari 1988.
Saat ini, ia sedang menjalankan praktek di dua rumah sakit (RS).
Di antaranya yaitu:
- RS Nirmala Suri Sukoharjo
- RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo
Sebelum berprofesi sebagai seorang dokter, dirinya sempat mengenyam berbagai jenjang pendidikan.
Berikut riwayat pendidikan yang telah ditempuh:
- SD 2 Al-Islam Jamsaren Surakarta
- SMP Negeri 4 Surakarta
- SMA Negeri 1 Surakarta
- S1 dokter di Fakultas Kedokteran UNS
- S2 pendidikan Dokter spesialis penyakit dalam di fakultas kedokteran UNS
Sebagai seorang dokter spesialis, ia telah menyelesaikan dua karya ilmiah yang telah dipublikasikan.
Di antaranya seperti:
- Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) Dibanding Metilprednisolon Terhadap Kadar Antibodi Dsdna Mencit Model Nefritis Lupus dengan Induksi Pristan
- Efek Antifungi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Syzygium Aromaticum L.) terhadap Pertumbuhan Trichophyton Mentagrophytes secara In Fitro.
Simak penjelasan lengkap dr. Mustopa dalam Healthy Talk “Jangan Cuma Flexing Strava! Kenali Tips Aman Lari” lewat tayangan berikut.
(TribunHealth.com)