TRIBUNHEALTH.COM - Intermittent fasting atau yang dikenal sebagai diet puasa merupakan salah satu metode diet yang populer.
Berbeda dengan metode diet lain yang menekankan pada apa yang dikonsumsi, intermittent fasting lebih menekankan pada pengaturan waktu makan.
Intermittent fasting membagi periode menjadi dua, yakni periode puasa dan periode makan.
Sederhananya, waktu makan dibatasi pada jam tertentu saja, misalnya jam 8 pagi hingga jam 5 sore.
Sementara di luar jam tersebut tidak ada makanan berat ataupun camilan.
Namun berbeda dengan puasa keagamaan, puasa intermittent masih diperbolehkan untuk minum.
Tidak untuk semua orang
Puasa intermittent memang dikenal menyehatkan.
Namun perlu dicatat bahwa diet ini juga tidak untuk semua orang.
Pasalnya tetap ada potensi efek samping.
Ini sebabnya orang yang sudah memiliki riwayat kesehatan tertentu disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu sebelum melakukan intermittent fasting.
Dilansir Health Benefits Times, secara umum berikut ini potensi efek samping intermittent fasting.
1. Risiko Hipoglikemia
Puasa intermiten (intermittent fasting) dapat meningkatkan risiko hipoglikemia, khususnya pada individu yang mengonsumsi obat antidiabetik.
Penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat menyebabkan kadar gula darah turun di bawah ambang batas aman, khususnya selama periode puasa yang lama.
Risiko ini meningkat pada pasien yang menggunakan obat penurun glukosa, sehingga memerlukan pemantauan yang cermat.
Baca juga: 5 Cara Mencegah Diabetes Keturunan, Menerapkan Pola Makan Sehat Jadi Cara Teratas
2. Kekurangan Nutrisi
Puasa intermiten dapat menyebabkan kekurangan nutrisi, terutama vitamin dan mineral esensial, akibat berkurangnya frekuensi makan dan asupan kalori.
Studi menyoroti risiko seperti kadar zat besi, kalsium, dan vitamin B12 yang tidak memadai, yang dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.
Kekurangan ini lebih mungkin terjadi jika puasa dikombinasikan dengan diet ketat.