TRIBUNHEALTH.COM - Protein adalah zat gizi makro yang penting untuk tulang dan otot yang kuat.
Beberapa makanan kaya protein seperti biji-bijian, kacang-kacangan, dan daging tanpa lemak yang dapat Anda tambahkan ke dalam makanan Anda.
Jika Anda menginginkan asupan protein ekstra, Anda dapat mengandalkan bubuk protein.
Bubuk protein adalah sumber protein terkonsentrasi yang berasal dari makanan hewani atau nabati.
Baca juga: Cara Mudah Atasi Kolesterol Tinggi Tanpa Obat, Terapkan Hal Berikut Secara Konsisten
Bubuk ini tersedia dalam berbagai bentuk, termasuk bubuk yang terbuatdadi susu (whey dan kasein), kedelai, kacang polong, beras, rami, dan kolagen.
"Bubuk ini umumnya digunakan sebagi suplemen makanan untuk membantu orang dalam pembentukan otot, manajemen berat bdan dan kesehatan secara keseluruhan." ungkap ahli gizi, Ramya B yang dilansir dari HealthShots.
Baca juga: 4 Obat Rumahan untuk Membersihkan Perut Secara Alami dan Melancarkan BAB
Manfaat Bubuk Protein
Bubuk protein dapat dicampur dengan cairan seperti air, susu, atau alternatif susu nabati, atau ditambahkan ke makanan seperti smoothie, oatmeal, dan makanan panggang untuk dikonsumsi.
Berikut ini beberapa peran bubuk protein untuk kesehatan:
- Untuk mendukung pertumbuhan dan perbaikan otot
- Untuk perbaikan otot setelah berolahraga
- Untuk membantu orang merasa kenyang lebih lama, yang pada gilirannya membantu mengurangi asupan kalori secara keseluruhan
- Untuk membantu mereka yang kesulitan mendapatkan cukup protein dari makanan mereka, seperti orang dewasa yang lebih tua.
Baca juga: 7 Nutrisi Penting yang Harus Dikonsumsi Saat Ingin Menurunkan Berat Badan
Benarkah Bubuk Protein Dapat Meningkatkan Asam Urat?
Dilansir dari HealthShots, bubuk protein berpotensi meningkatkan kadar asam urat, terutama jika berasal dari sumber yang tinggi purin.
Purin merupakan senyawa kimia dalam makanan yang diketahui dapat menyebabkan asam urat.
Asam urat adalah produk limbah yang terbentuk saat tubuh memecah purin.
Kadar asam urat yang tinggi dapat menyebabkan asam urat, suatu bentuk artritis yang ditandai dengan peradangan sendi yang menyakitkan.
Pada dasarnya, saat tubuh kita memetabolisme purin, asam urat diproduksi sebagai produk sampingan.
Biasanya, asam urat larut dalam darah, melewati ginjal, dan dikeluarkan melalui urin.
Namun, jika tubuh memproduksi terlalu banyak asam urat dapat terakumulasi dan membentuk kristal tajam seperti jarum di sendi atau jaringan di sekitarnya.
Hal ini menyebabkan nyeri, peradangan, dan pembengkakan.
Baca juga: 7 Manfaat Pistachio untuk Jaga Kadar Gula Darah, Cocok Dikonsumsi Penderita Diabetes
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nutrition, Metabolism and Cardiovascular Diseases pada tahun 2012, konsumsi protein hewani berkaitan dengan prevalensi hiperurisemia yang lebih tinggi.
Di sisi lain, mengonsumsi produk kedelai dikaitkan dengan prevalensi hiperurisemia yang lebih rendah, yang berarti kadar asam urat yang tinggi.