Gaya hidup yang tidak banyak bergerak mengurangi rangsangan ini.
Kepadatan tulang yang berkurang meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang, terutama pada orang dewasa yang lebih tua.
6. Kesehatan mental yang buruk
Kurangnya aktivitas fisik dikaitkan dengan meningkatnya tingkat stres, kecemasan, dan depresi.
Olahraga membantu melepaskan endorfin, yang meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres.
Kesehatan mental yang buruk dapat menyebabkan berkurangnya kualitas hidup, menurunnya produktivitas, dan meningkatnya risiko gangguan kesehatan mental.
Baca juga: 5 Manfaat Minum Kopi bagi Kesehatan Mental, Bagus untuk Mood Booster hingga Kurangi Risiko Depresi
7. Penurunan fungsi kekebalan tubuh
Aktivitas fisik yang teratur meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh dengan meningkatkan sirkulasi darah yang baik, yang memungkinkan sel-sel kekebalan tubuh bergerak lebih efektif ke seluruh tubuh.
Gaya hidup yang tidak banyak bergerak dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
8. Masalah pencernaan
Aktivitas fisik membantu merangsang aktivitas usus dan meningkatkan motilitas usus.
Kurangnya aktivitas fisik dapat memperlambat pencernaan.
Hal ini dapat menyebabkan sembelit, kembung, dan masalah gastrointestinal lainnya, yang berdampak negatif pada kesehatan dan kenyamanan pencernaan.
9. Meningkatnya risiko kanker tertentu
Perilaku tidak aktif dikaitkan dengan perubahan kadar hormon, fungsi kekebalan tubuh, dan berat badan, yang semuanya dapat memengaruhi risiko kanker.
Terdapat peningkatan risiko terkena kanker seperti kanker usus besar, payudara, dan endometrium.
Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu mengurangi risiko ini.
Secara keseluruhan, gaya hidup yang tidak banyak bergerak berdampak signifikan baik pada kesehatan fisik maupun mental, menggarisbawahi pentingnya aktivitas fisik teratur untuk menjaga kesehatan yang optimal dan mencegah berbagai kondisi kronis.
(TribunHealth.com)