TRIBUNHEALTH.COMĀ - Seringkali perut buncit dijadikan indikator kegemukan pada seseorang.
Biasanya indikator perut buncit ini ditandai dengan area perut yang lebih besar dari area tubuh lain.
Sering dianggap lumrah, tentunya kita perlu mengetahui sebenarnya perut buncit ini berbahaya bagi kesehatan atau tidak.
Perut buncit sering diartikan sebagai kondisi perut yang lebih besar dibandingkan area tubuh yang lainnya.
Penumpukan lemak memang bisa terjadi di mana saja.
Penumpukan lemak, artinya makan berlebih hingga akhirnya banyak lemak yang menumpuk?
Baca juga: 6 Bahaya Akibat Kolesterol Tinggi Ini Harus Diwaspadai
Ahli gizi R. Radyan Yaminar menyampaikan tanggapannya pada tayangan YouTube TribunHealth.com mengenai penumpukan lemak.
Memang perut buncit menjadi masalah yang sering dikeluhkan, terutama bagi para wanita.
Beberapa orang merasa kurang percaya diri dengan kondisi perut buncit.
Seringkali penumpukan lemak terjadi di area perut, paha dan juga lengan.
Beberapa orang beranggapan jika penumpukan lemak terjadi karena banyak makan, sehingga lemak pun menumpuk.
R. Radyan Yaminar menuturkan, disamping faktor lain, penumpukan lemak prinsipnya memang karena asupan makan lebih banyak dari yang dikeluarkan.
Baca juga: Wanita Harus Tau Penyebab Estrogen Drop, Begini Penjelasan dr. Binsar Martin
Ia menyampaikan jika genetik menjadi salah satu faktornya, namun hanya beberapa persen.
"Jadi kalau penumpukan lemak prinsipnya memang karena asupan makan kita lebih banyak daripada yang kita keluarkan, di samping faktor-faktor lain ya," ujar R. Radyan Yaminar.
"Faktor genetik itu pastinya ada. Tapi dia hanya beberapa persen," lanjutnya.
Lanjut, kata ahli gizi R. Radyan Yaminar mengungkapkan jika yang paling banyak berpengaruh terhadap penumpukan lemak adalah makanan.
Ia menuturkan, makanan yang dimaksud seperri makanan tinggi karbohidrat dan lemak contohnya makanan manis.
Baca juga: Bahaya! Tidur Setelah Makan Bisa Pengaruhi Kesehatan, Apa Saja?
"Yang paling utama atau yang paling banyak berpengaruh, asupan makanan pasti," sambungnya.
"Nah, terutama makanan yang tinggi karbohidrat sama tinggi lemak. Seperti contohnya makanan yang manis-manis itu," imbuh R. Radyan Yaminar.
Ahli gizi R. Radyan Yaminar mengatakan, bila kita ke supermarket hampir smeua camilan atau jajanan berisi karbohidrat.