TRIBUNHEALTH.COM - Merokok memang dikenal memiliki berbagai dampak buruk terhadap kesehatan.
Namun satu hal yang tidak kalah berbahaya adalah perokok pasif.
Perokok pasif adalah mereka yang tidak merokok, namun terpapar asap rokok dari perokok lain.
Dalam jangka panjang, menjadi perokok pasif tak kalah berbahaya dengan merokok itu sendiri.
Mereka yang menjadi perokok pasif dapat mengalami masalah pernapasan, hingga peningkatan kanker paru dan stroke.
Melansir kanal kesehatan Times of India, berikut ini uraiannya.
Masalah pernafasan
Perokok pasif dapat menyebabkan berbagai masalah pernapasan, termasuk batuk, mengi, dan sesak napas.
Mereka mempunyai peningkatan risiko terkena asma dan memperburuk kondisi pernafasan seperti bronkitis dan pneumonia.
Perokok pasif dapat memperburuk alergi dan masalah sinus pada bukan perokok.
Iritasi dan polutan yang ada dalam perokok pasif dapat memicu reaksi alergi, hidung tersumbat, dan peradangan, yang menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan pernapasan.
Baca juga: Jangan Dekati Asap Rokok! Perokok Pasif Berisiko Terkena Hipertensi dan Penyakit Kardiovaskuler
Peningkatan risiko kanker paru-paru
Penelitian telah menunjukkan bahwa perokok pasif mempunyai risiko lebih tinggi terkena kanker paru-paru.
Perokok pasif mengandung banyak karsinogen, termasuk benzena dan formaldehida, yang dapat merusak sel-sel yang melapisi paru-paru dan meningkatkan kemungkinan berkembangnya kanker.
Ini juga mengurangi fungsi paru-paru.
Paparan perokok pasif dalam waktu lama dapat mengganggu fungsi paru-paru perokok pasif, sehingga mengurangi kemampuan mereka untuk bernapas secara efisien.
Penurunan fungsi paru-paru ini sangat mengkhawatirkan bagi individu yang memiliki penyakit pernafasan seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau emfisema.
Penyakit jantung
Perokok pasif dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan kejadian kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke.
Bahan kimia dalam perokok pasif dapat mempersempit pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah, dan mendorong pembentukan bekuan darah, yang semuanya berkontribusi terhadap penyakit jantung.
Baca juga: Gejala Serangan Jantung pada Wanita Berbeda dengan Pria, Tak Selalu Nyeri Dada Parah