Ia menyadari arti kemiskinan dan anak-anaknya dididik untuk tidak malu dengan kemiskinan.
Baju baru bagi keluarga hanya ada pada waktu datangnya Hari Raya Idul Fitri.
Baca juga: Simak Tips Memenuhi Asam Folat, Ibu Hamil Wajib Tahu!
Mimpi Iyot adala, dirinya ingin buah hatinya bisa belajar setinggi mungkin dan menjadi pegawai negeri. Itu saja dan sangat sederhana !
"Saya sangat tahu bagaimana perjuangan emak saya sebagai tulang punggung keluarga. Beliau tidak mau anak-anaknya mengalami kepahitan hidup seperti dirinya," ucapnya.
"Emak sudah mengalami naik turunnya gelas di dapur kopinya dari yang hanya dua gelas per hari hingga 200 gelas satu hari satu malam. Sangat mudah dihitung berapa perolehan seharinya," imbuhnya.
"Tetapi hari tidaklah selalu bersahabat dengan emak dan rejeki selalu ada takarannya. Namun, banting tulang emak menjadi daya dorong yang tiada hentinya bagi saya,” lanjut Deni Iskandar, yang selama satu tahun yakni 2015-2016, membantu ibunya untuk jualan kopi dari pukul 21.00 – 04.00.
Deni tahu betapa perjuangan ibunya merupakan cinta tak berujung sepanjang masa.
Deni juga menyadari bahwa cinta luar biasa emaknya tidak mungkin terbalaskan.
Namun anak tetaplah anak. Deni ingin juga menunjukkan cintanya kepada sang emak.
Ketika mendapatkan uang saku saat di Roma, sebagian uang sakunya disisihkan dan dikirimkan ke emaknya di Indonesia. Dan, alhamdulilah… uang itu tidak dilemparkan lagi oleh emaknya seperti dulu kala. Hidup adalah anugerah….
Menangis
Ibu Iyot menangis ketika Deni Iskandar menyelesaikan S1 dari UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Ushuluddin, Jurusan Studi Agama-Agama bulan Juli 2019.
"Emak nungguin saya ujian skripsi meski tidak tahu apa itu. Tetapi kehadiran emak itulah yang memberi kemantapan dan kekuatan kepada saya yang sangat luar biasa. Emak juga menangis ketika saya diwisuda pada Agustus 2019. Emak bukan orang berpendidikan tetapi emak tahu anaknya sudah selesai sekolah,“ ucapnya yang akrab disapa Bung Goler.
Baca juga: Sakit Hati dengan Ucapan Pedas, Kuli Bangunan Tega Hilangkan Nyawa Dosen UIN Solo
Sebenarnya UIN Syarif Hidayatullah bukanlah perguruan tinggi satu-satunya yang dimasuki.
Sebelum ke UIN, Deni Iskandar sempat kuliah di Universitas Az-Zahra, Jatinegara, Jakarta Timur.
Ketika menginjak semester dua, Deni meninggalkan kampus Az-Zahra, Jatinegera karena di jurusannya yakni Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Agama, mahasiswanya hanya 3 (tiga) orang.
Akhirnya ia harus menyebrang ke UIN. Ternyata, di UIN Deni banyak bertemu dengan rekan-rekannya yang dulu pernah mondok bersama semasa di madrasah Aliyah.
Deni Iskandar adalah salah satu murid dari Abuya KH Ahmad Muhtadi bin Dimyathi al-Bantani, ulama terkenal di Provinsi Banten.
Anak kedua dari Ibu Iyot ini memang unik dalam pendidikannya.
Ketika ibunya berjualan kopi di Tanah Abang, Jakarta, ia dititipkan kepada kakak perempuan emaknya.